Sabtu, 16 Juli 2016

FAKTOR PSIKOLOGI DALAM BELAJAR



 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI  ………………………………………………………………………...1
BAB I PENDAHULUAN     ………………………………………………………...2
A.    Latar Belakang            …...……………………………………………………2
B.     Rumusan Masalah       …...……………………………………………………2
C.     Tujuan Penulisan         …...……………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN      …...……………………………………………………3
A.    Pengertian Belajar       …...……………………………………………………3
B.     Faktor-faktor Psikologi Dalam Belajar           ….……………………………..4
1.      Kecerdasan (Intelegensi)  …………………...……………………………4
2.      Motovasi               …...……………………………………………………5
3.      Minat                     …...……………………………………………………6
4.      Sikap                     …...……………………………………………………7
5.      Bakat                     …...……………………………………………………7
6.      Berfikir                  …...……………………………………………………8
7.      Ingatan                  …...……………………………………………………9
BAB III PENUTUP               …...……………..……………………………………11
A.    Kesimpulan                 …...……………..……………………………………11
B.     Kritik dan Saran          …...……………..……………………………………11
DAFTAR PUSTAKA                        …...……………..……………………………………12


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.Siswa mengalami suatu proses belajar.
Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Setiap proses belajar tentu berharap bisa mencapai hasil yang maksimal, namun perlu diketahui bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, antara lain faktor fisiologis, psikologi, lingkungan maupun faktor instrumental. Semua faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar, namun dalam hal ini penulis hanya akan focus pada salah satu faktor saja yaitu faktor psikologi dalam belajar.
B.     Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini, rumusan masalah yang diangkat antara lain:
1.      Apa pengertian belajar?
2.      Apa saja faktor psikologi dalam belajar?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasaran rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah agar para pembaca:
1.      Mengerti pengertian belajar
2.      Memahami faktor-faktor psikologi dalam belajar.       
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.[1]
Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa belajar dapat merubah tingkah laku seseorang, perubahan itu terjadi disebabkan oleh pengalaman dan latihan-latihan yang dilakukan oleh belajar tersebut. Selanjutnya Winkel menjelaskan tentang pengertian belajar sebagai berikut “Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkat laku yang progressif dan adaptif”.[2]
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu, karena berhubungan dengan pembentukan sikap, nilai, keterampilan dan pengetahuan, sehingga siswa yang belajar dapat mengadakan reaksi dengan lingkungannya secara intelektual, menyesuaikan diri untuk menuju kearah kemajuan dalam melakukan perbaikan tingkah laku sebagai hasil belajar.
Defenisi lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Hudoyo mengemukakan : “Belajar merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang relatif lama/menetap”.[3] Perubahan tingkah laku tersebut merupakan suatu tujuan akhir dari suatu proses belajar, oleh karenanya proses belajar harus dilakukan secara berkesinambungan. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu dan disertai oleh usaha orang tersebut, sehingga dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha, walaupun terjadi perubahan tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
B.     Faktor-Faktor Psikologi Dalam Belajar
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.[4] Bebera¬pa faktor psikologis yang memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan
1.      Kecerdasan (Intelegensi)
Tingkat kecerdasan diakui sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik. Karena anak didik yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, begitu sebaliknya.
Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan hubungan erat antara IQ dengan hasil belajar anak didik. Dijelaskan dari IQ, sekitas 25% hasil belajar disekolah dapat dijelaskan dari IQ, yaitu kecerdasan sebagimana diukur oleh tes intelegensi. Oleh karena itu, anak yang mempunyai tingkat kecerdasan dari 90-100, cenderung akan menyelesaikan sekolah dasar tanpa kesukaran.[5]
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:
a.       Kelompok kecerdasan amat superior yaitu antara IQ 140–169
b.      Kelompok kecerdasan superior yaitu antara IQ 120 – 139
c.       Kelompok rata-rata tinggi (high average) yaitu antara IQ 110 – 119
d.      Kelompok rata-rata (average) yaitu antara IQ 90 – 109
e.       Kelompok rata-rata rendah (low average) yaitu antara IQ 80 – 89
f.       Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70 – 79
g.      Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20 - 69
Hal lain yang harus diperhatikan oleh setiap calon guru dan guru profesional adalah menyadari bahwa keluarbiasaan inteleg ensi siswa , baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Namun disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.[6]
2.      Motovasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.[7]
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.[8]
Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:[9]
a.       Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
c.       Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
3.      Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.[10]
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain:
a.       Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
b.      Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

4.      Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif .[11]
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
5.      Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.[12]
Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.[13]
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
6.      Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diriseseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.[14]
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
7.      Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima  kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.[15] Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkat laku yang progressif dan adaptif. Perubahan tingkah laku merupakan suatu tujuan akhir dari suatu proses belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belaja.
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Beberapa faktor psikologis yang memengaruhi proses belajar antaralain kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan

B.     Kritik dan Saran
Demikian telah diselesaikannya makalah ini, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan kami lebih baik lagi dalam menyusun karya-karya yang akan datang maupun perbaikan karya yang telah kami tulis, sehingga karya kami semakin bermanfaat.
Kami juga berharap semoga makalah yang sangat sederhana ini memberikan kontribusi dalam kazanah ilmu pengetahuan dan memberikan kemanfaatan bagi pembacanya.



DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri,2002, Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka Cipta.
Hudoyo,  Herman,2001, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbud
Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sholeh, Abdil Rahman,2008, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta:Recana.
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin,2003, Psikologi belajar. Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada.
Syah,Muhibbin, 2008, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Syaodih, Nana.S., 2005,Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Winkel, W.S. 2000 Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasido.
http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/, di akses 17 Mei 2016



[1] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)
[2] Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasido, 2000)
[3] Herman Hudoyo,  Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta: Depdikbud, 2001
[4]Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,2008,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya),
[5] Drs, Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta, Rineka Cipta, 2002)
[6] Muhibbin syah. Psikologi belajar. (Jakarta, PT. Raja Grafinda Persada, 2003)
[7] Drs, Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta, Rineka Cipta, 2002)
[8] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2008)
[9]http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/, di akses 17 Mei 2016
[10] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003)
[11] Muhibbin syah,Psikologi belajar. (Jakarta, PT. Raja Grafinda Persada, . 2003)
[12] Ibid
[13]Nana Syaodih.S. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung, Remaja Rosdakarya,2005)
[14]Abdil Rahman Sholeh. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. (Jakarta:Recana,2008)
[15] Nana Syaodih.S. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung, Remaja Rosdakarya,2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatih...