DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...1
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………...2
A. Latar Belakang …...……………………………………………………2
B. Rumusan Masalah …...……………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan …...……………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN …...……………………………………………………3
A. Pengertian
Belajar …...……………………………………………………3
B. Faktor-faktor
Psikologi Dalam Belajar ….……………………………..4
1.
Kecerdasan (Intelegensi) …………………...……………………………4
2.
Motovasi …...……………………………………………………5
3.
Minat …...……………………………………………………6
4.
Sikap …...……………………………………………………7
5.
Bakat …...……………………………………………………7
6.
Berfikir …...……………………………………………………8
7.
Ingatan …...……………………………………………………9
BAB III PENUTUP …...……………..……………………………………11
A. Kesimpulan …...……………..……………………………………11
B. Kritik dan Saran …...……………..……………………………………11
DAFTAR PUSTAKA …...……………..……………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.Siswa mengalami suatu proses belajar.
Dalam proses belajar
tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.
Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan
bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang
sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan
belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya.
Belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan dan pengalaman.
Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung secara
progresif. Setiap proses belajar tentu berharap bisa mencapai
hasil yang maksimal, namun perlu diketahui bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, antara lain faktor fisiologis, psikologi,
lingkungan maupun faktor instrumental. Semua faktor tersebut mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar, namun dalam hal ini penulis
hanya akan focus pada salah satu faktor saja yaitu faktor psikologi dalam
belajar.
B. Rumusan Masalah
Dalam
menyusun makalah ini, rumusan masalah yang diangkat antara lain:
1. Apa pengertian belajar?
2. Apa saja faktor psikologi dalam belajar?
C. Tujuan Penulisan
Berdasaran
rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah agar para
pembaca:
1. Mengerti pengertian belajar
2. Memahami faktor-faktor psikologi dalam
belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan tidak
hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan mengenai
segala aspek organisme atau pribadi seseorang.[1]
Dari kutipan
di atas menunjukkan bahwa belajar dapat merubah tingkah laku seseorang,
perubahan itu terjadi disebabkan oleh pengalaman dan latihan-latihan yang
dilakukan oleh belajar tersebut. Selanjutnya Winkel menjelaskan tentang
pengertian belajar sebagai berikut “Belajar adalah suatu proses mental yang
mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap
yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkat
laku yang progressif dan adaptif”.[2]
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya mengumpulkan
sejumlah ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu, karena berhubungan dengan
pembentukan sikap, nilai, keterampilan dan pengetahuan, sehingga siswa yang
belajar dapat mengadakan reaksi dengan lingkungannya secara intelektual,
menyesuaikan diri untuk menuju kearah kemajuan dalam melakukan perbaikan
tingkah laku sebagai hasil belajar.
Defenisi
lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Hudoyo mengemukakan : “Belajar merupakan
suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang
relatif lama/menetap”.[3]
Perubahan tingkah laku tersebut merupakan suatu tujuan akhir dari suatu proses
belajar, oleh karenanya proses belajar harus dilakukan secara berkesinambungan.
Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu dan
disertai oleh usaha orang tersebut, sehingga dari tidak mampu mengerjakan
sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha, walaupun terjadi perubahan
tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan
tingkah laku itu merupakan proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku itu
sendiri merupakan hasil belajar. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
belajar itu menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
B. Faktor-Faktor Psikologi Dalam Belajar
Faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil.[4] Bebera¬pa
faktor psikologis yang memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan, motivasi,
minat, sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan
1.
Kecerdasan (Intelegensi)
Tingkat kecerdasan diakui sangat menentukan keberhasilan belajar
anak didik. Karena anak didik yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi umumnya
mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, begitu sebaliknya.
Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan hubungan erat antara IQ
dengan hasil belajar anak didik. Dijelaskan dari IQ, sekitas 25% hasil belajar
disekolah dapat dijelaskan dari IQ, yaitu kecerdasan sebagimana
diukur oleh tes intelegensi. Oleh karena itu, anak yang mempunyai tingkat
kecerdasan dari 90-100, cenderung akan menyelesaikan sekolah dasar tanpa
kesukaran.[5]
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah
penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh
Terman dan Merill sebagai berikut:
a.
Kelompok
kecerdasan amat superior yaitu antara IQ 140–169
b.
Kelompok
kecerdasan superior yaitu antara IQ 120 – 139
c.
Kelompok
rata-rata tinggi (high average) yaitu antara IQ 110 – 119
d.
Kelompok
rata-rata (average) yaitu antara IQ 90 – 109
e.
Kelompok
rata-rata rendah (low average) yaitu antara IQ 80 – 89
f.
Kelompok
batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70 – 79
g.
Kelompok
kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20 - 69
Hal lain yang harus diperhatikan oleh setiap calon guru dan guru profesional adalah menyadari bahwa keluarbiasaan inteleg ensi
siswa , baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti
borderline, lazimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Namun
disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang
memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya.
Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya
merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa
payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa
itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang
dialami rekannya yang luar biasa positif.[6]
2. Motovasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi, motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar.[7]
Motivasi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.[8]
Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan
sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi
intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam
motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:[9]
a.
Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
b.
Adanya
sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
c.
Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebaginya.
d.
Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri
individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti
pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.
Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat
belajar seseorang menjadi lemah.
3. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut
Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.[10]
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia
akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya
atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain:
a.
Dengan
membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,
baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar.
b.
Pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau
bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
4. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang
relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif .[11]
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu
yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa
memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima,
menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
5. Bakat
Faktor psikologis lain
yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.[12]
Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat
khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.[13]
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat
atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang
lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi
yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu
memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
6. Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide
dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam diriseseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari
gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses
psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2)
penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.[14]
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang
lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan
tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya.
Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang
“selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan
kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih
memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau
konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya
mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan
tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya
secara mandiri.
7. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya
ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2)
menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi
inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk
menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.[15]
Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui
kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik
pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya
kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan
teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan
bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau
urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat
nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar
adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan,
kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan
dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkat laku yang progressif dan adaptif. Perubahan
tingkah laku merupakan suatu tujuan akhir dari suatu proses belajar. Kegiatan
dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar.
Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belaja.
Faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil. Beberapa
faktor psikologis yang memengaruhi proses belajar antaralain kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan
B. Kritik dan Saran
Demikian
telah diselesaikannya makalah ini, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk menjadikan kami lebih baik lagi dalam menyusun
karya-karya yang akan datang maupun perbaikan karya yang telah kami tulis,
sehingga karya kami semakin bermanfaat.
Kami juga
berharap semoga makalah yang sangat sederhana ini memberikan kontribusi dalam
kazanah ilmu pengetahuan dan memberikan kemanfaatan bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri,2002, Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka
Cipta.
Hudoyo, Herman,2001, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta:
Depdikbud
Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sholeh, Abdil
Rahman,2008, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta:Recana.
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta:
Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin,2003, Psikologi belajar. Jakarta: PT.
Raja Grafinda Persada.
Syah,Muhibbin, 2008, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Syaodih, Nana.S., 2005,Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Winkel, W.S. 2000 Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasido.
http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/,
di akses 17 Mei 2016
[2] Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasido, 2000)
[3] Herman Hudoyo, Mengajar Belajar
Matematika, (Jakarta: Depdikbud, 2001
[4]Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan
Baru,2008,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya),
[5] Drs, Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta, Rineka
Cipta, 2002)
[7] Drs, Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta, Rineka
Cipta, 2002)
[8] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2008)
[9]http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/,
di akses 17 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar