Senin, 19 Desember 2016

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tujuan pendidikan Islam seiring dengan tujuan Allah menciptalkan manusia, yakni untuk mengabdi kepada-Nya. Pengabdian pada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang diwijidkan dalam amaliah untukmencpai derajat orang yang taqwa disisinya,. Kemudian Allah menciptakan manusia sebagai khalifah untuk melaksanakan tugasnya. Khlifah dituntut menjadikan sifat-sifat Allah bagian dari karakteristik keperibadiannya untuk mendukung terwujudnya kemakmuran. Pengabdian dan ketaqwaan kepada Allah merupakan jembatan untuk mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat.[1]
Metode suatu alat penting dalam pendidikan agama islam Yang mana dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran yang disampaikan dapat diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Dalam penerapanya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik sendiri. dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam.
Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seseorang haruslah mengacu pada daasr-dasar metode pendidikan tersebut dan memahami faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode yang paling tepat untuk pembelajran PAI, sehingga tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai secara maksimal dengan efektif dan efisien.


B.     RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini rumusan masalah yang kami angkat adalah:
1.      Apa pengertian metode pembelajaran PAI?
2.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih  metode pembelajaran PAI?
C.    Tujuan Penulisan
Berangkat dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian metode pembelajaran PAI
2.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode pembelajaran PAI



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Pendidikan Agama Islam
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang metode pendidikan agama islam, maka pada bagian ini kami akan menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian dari metode pendidikan agama islam itu sendiri. Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani dari dua suku perkataan yaitu meta dan hodos, Meta berarti melalaui dan hodos berarti jalan atau cara.
Secara terminologi metode diartikan sebagai tata cara untuk melakukan sesuatu.[2] Lebih dari itu metode didefinisikan sebagai cara kerja atau cara yang teratur dan sistematis untuk melaksanakan sesuatu[3]. Dan hampir sama dengan arti tersebut metode diartikan sebagai cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu.[4] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1988 sebagaimana yang dikutip oleh Erwati Aziz, metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.[5]
Pengertian seperti diatas dapat digunakan pada berbagai objek termasuk pendidikan. Sehingga metode pendidikan  merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan pelajaran kepada anak didik. DR. Nana Sudjana mendefinisikan metode pendidikan sebagai cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pendidikan.[6] Dan ketika dilekatkan dengan agama islam maka definisinya adalah metode tentang pendidikan materi-materi agama islam.

B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dalam Memilih Metode PAI
Metode pendidikan merupakan salah satu sarana yang amat penting dalam mencapai tujuan pendidikan.  E. Mulyasa menuliskan bahwasannya dalam proses interaksi edukasi seorang pendidik atau guru harus mampu memberikan pengalaman yang bervariasi, serta memperhatikan minat dan kemampuan siswa.[7] Masih menurut E.Mulyasa bahwasannya pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru. Senada dengan E. Muyasa, Nana Sudjana menyatakan bahwa proses interaksi edukasi  akan berjalan baik jika siswa banyak aktif dibanding dengan guru. Oleh karena itu metode belajar yang baik adalah yang dapat menumbuh kembangkan kegiatan belajar siswa.[8]
Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum memilih metode yang akan kita pakai. Winarno Surahmat menyatakan bahwa setidaknya ada lima faktor yang perlu kita perhatikan yakni[9] :
1.      Siswa (dengan berbagai tingkat kematangan dan minatnya)
2.      Tujuan (dengan berbagai jenis dan fungsinya)
3.      Situasi (dengan berbagai keadaannya)
4.      Fasilitas (dengan berbagai kuailitas dan kuantitasnya)
5.      Pengajar (dengan bernagai kemampuannya)
Sedangkan Wenstenlein juga mempertimbangkan lima hal dalam menetukan metode pendidikan yang akan dipakai, yakni[10]:
1.      Tujuan
2.      Lingkungan pendidikan dan peralatan
3.      Sistem pendidikan
4.      Kebutuhan anak didik
5.      Kemampuan pendidik
Sedangkan Ahmad Pathoni dalam bukunya metodologi pendidikan agama islam menuliskan bahwasannya ada 6 faktor yang mempengaruhi metode pendidikan[11], anatara lain :
1.      Tujuan pendidikan
2.      Bahan pendidikan
3.      Guru/pendidik
4.      Anak didik
5.      Situasi mengajar
6.      Faktor lain, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi jenis metode tersebut.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pendidikan tidak jauh berbeda. Satu sama lain saling melengkapi dan terkadang hanya penyusunannya saja yang berbeda.
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, maka kami berpendapt bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi metode pendidikan adalah
1.      Siswa atau peserta didik
Pemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau belum.
Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya.
Di  ruang  kelas  guru  akan  berhadapan  dengan  sejumlah  anak  dengan  latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam.  Demikian  juga  dengan  jenis  kelamin  serta  postur  tubuh.  Pendek kata dari aspek fisik selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik.
Sedangkan  dari  segi  intelektual  pun  sama,  ada  perbedaan  yang ditunjukkan  dari  cepat  dan  lambatnya  tanggapan  anak  didik  terhadap rangsangan  yang  diberikan  dalam  kegiatan  belajar  mengajar.  Aspek psikologis  juga  ada  perbedaan  yaitu  adanya  anak  didik  yang  pendiam, terbuka,  dan  lain-lain.
Perbedaan  dari  aspek  yang  disebutkan  di  atas mempengaruhi  pemilihan  dan  penentuan  metode  yang  mana  sebaiknya guru  ambil  untuk  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  kreatif  dalam waktu  yang  relatif  lama  demi  tercapainya  tujuan  pengajaran  yang  telah dirumuskan secara operasional.
2.      Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama.
Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.
Tujuan  pembelajaran adalah  sasaran yang  dituju  dari  setiap  kegiatan  belajar  mengajar. Hal  ini  dapat  mempengaruhi  penyeleksian  metode  yang  harus  digunakan. Metode  yang  dipilih  guru  harus  sesuai  dengan  taraf  kemampuan  yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
3.      Materi pembelajaran
Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran.
4.      Situasi atau dinamika kelas
a.       Jumlah peserta didik.
Jumlah peserta didik dalam satu kelas perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Dalam kelas yang jumlah peserta didiknya melampau batas, guru akan kewalahan mengampu pembelajaran. Pencapaian tujuan belajar akan menjadi lebih sulit karena ketidakseimbangan antara porsi maksimal perhatian dan penanganan yang dapat diberikan guru, dengan kondisi besarnya jumlah siswa yang akan menimbulkan berbagai keruwetan. Kelas yang over capasity, cenderung sulit diatur, gaduh, peserta didik sulit untuk memfokuskan perhatian secara konsisten terhadap pelaksanaan pembelajaran dan berbagai masalah lainnya.
Pemilihan metode yang tepat akan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan. Artinya, dengan penggunaan metode tersebut setiap peserta didik tidak luput dari perolehan peran dan porsi keterlibatan dalam pembelajaran.
b.      Karakter kelas.
Pemilihan metode pembelajaran harus memperhatikan karakter kelas. Karakter kelas menyangkut sifat dan sikap peserta didik dalam tataran umum untuk ruang lingkup kelas. Guru harus memiliki ketajaman pandangan dan mampu menilai karakter yang dimiliki oleh kelas-kelas yang diampunya. Setiap kelas memiliki karakternya masing-masing. Salah satu keterampilan wajib seorang guru adalah dalam hal penguasaan kelas. Penguasaan kelas bukan diartikan guru dominan dan diktatoris, tapi guru sangat mengenali dan memahami secara mendalam karakter kelas yang diampunya.
Cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui karakter kelas adalah dari sikap yang paling dominan yang dimiliki kelas tersebut, dimana sikap dominan tersebut merupakan sikap yang mencirikan (membedakan) kelas tersebut dengan kelas lainnya. Ini berarti setiap kelas memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Sikap dominan bisa ditelusur dari indikasi-indikasi seperti yang tampak, antara lain:
1)       Seberapa kooperatifkah warga belajar.
Kelas yang kooperatif adalah kelas yang mampu dan bisa ‘diajak’ bekerjasama. Hal ini tampak dari sebagian besar peserta didik mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga suasana kelas cenderung kondusif, pembelajaran dapat berjalan dengan sangat baik. Namun jika keadaan sebaliknya, seperti kegaduhan yang melebihi batas, peserta didik malas dan enggan menunjukkan partisipasi yang diharapakan dalam proses pembelajaran, ini tandanya kelas tersebut perlu mendapatkan pendekatan dari guru agar lebih kooperatif.
2)      Adakah kelompok dominan dalam kelas tersebut.
Kelompok dominan di kelas biasanya mampu mengontrol situasi kelas sesuai yang mereka inginkan. Jika yang berkembang adalah kelompok dominan dengan kebiasaan negatif, maka situasi kelas akan tidak kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Peserta didik akan cenderung gaduh, tidak kooperatif, bahkan menunjukkan sikap yang memojokkan guru.
Menghadapi situasi demikian, guru perlu memiliki kemampuan interpersonal dan ketepatan dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode belajar yang tepat pada kenyataanya mampu mengatasi masalah dominasi kelompok tertentu dalam lingkup kelas.
3)      Bagaimana performa dan tingkat partisipasinya.
Guru biasanya akan mudah menilai bagaimana performa dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Penilaian tersebut kemudian akan memunculkan pandangan apakah kelas tersebut termasuk kelas aktif atau kelas pasif. Pemilihan metode pembelajaran untuk kelas aktif tidak akan menyulitkan guru dalam menentukan metode mana yang akan digunakan. Berbeda dengan kelas pasif, guru harus memilih metode mana yang cocok agar dengan metode tersebut mampu mendorong tingkat partisipasi peserta didik dan memunculkan performa mereka.
5.      Fasilitas pembelajaran
Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar yang diharapkan.
Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Fasilitas  merupakan  hal  yang  mempengaruhi  pemilihan  dan  penentuan metode  mengajar.  Fasilitas  adalah  kelengkapan  yang  menunjang  belajar anak  di  sekolah.  Lengkap  tidaknya  fasilitas  belajar  akan  mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
6.      Alokasi waktu.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.
7.      Guru/Pendidik.
Latar  belakang  pendidikan  guru  diakui  mempengaruhi  kompetensi. Kurangnya  penguasaan  terhadap  berbagai  jenis  metode  menjadi  kendala dalam  memilih  dan  menentukan  metode.  Apalagi  belum  memiliki pengalaman  mengajar  yang  memadai.  Tetapi  ada  juga  yang  tepatmemilihnya  namun  dalam  pelaksanaannya  menemui  kendala  disebabkan labilnya  kepribadian  dan  dangkalnya  penguasaan  atas  metode  yang digunakan.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode pendidikan  merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan pelajaran kepada anak didik. ketika dilekatkan dengan agama islam maka definisinya adalah metode tentang pendidikan materi-materi agama islam.
Dalam memilih metode yang paling tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran harus memperhatikan beberapa faktor antara lain:
1.      Siswa atau peserta didik
2.      Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
3.      Faktor materi pembelajaran
4.      Situasi belajar mengajar atau dinamika kelas
5.      Fasilitas
6.      Alokasi Waktu
7.      Guru/Pendidik.
B.     Saran
Demikian telah diselesaikannya makalah ini, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan kami lebih baik lagi dalam menyusun karya-karya yang akan datang maupun perbaikan karya yang telah kami tulis, sehingga karya kami semakin bermanfaat.
Kami berharap semoga makalah yang sangat sederhana ini memberikan kontribusi dalam kazanah ilmu pengetahuan dan memberikan kemanfaatan bagi pembacanya.



DAFTAR PUSTAKA

Achmad Patoni. 2004. Metodologi Pendidikan agama Islam. Bina Ilmu. Jakarta
Dahlan al-Barri & M. Pius A. Partanto.1994. Kamus Ilmiah Populer. Arkola. Surabaya.
E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”. Remaja Rosdakarya. Bandung
Erwati Aziz.  2003. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam .Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo.
Nana Sudjana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia. Jakarta.
Saliman & Sudarsono.1994. Kamus Pendidikan, Pendidikan dan Umum, Rineka Cipta. Jakarta.
Winarno Surahmat. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Tarsito. Bandung



[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008. h :22
[2] Saliman & Sudarsono. Kamus Pendidikan, Pendidikan dan Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
[3] Dahlan al-Barri & M. Pius A. Partanto. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola, 1994.
[4] http://Alimanjogja.blogspot.com
[5] Erwati Aziz. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam . Hal.79
[6] Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Hal. 76
[7] E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”. hal. 107
[8] Ibid. hal.76
[9] Winarno Surahmat. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar.hal.97
[10] Wenstenlain. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Buku Panduan Mahasiswa).hal.92-93
[11] Achmad Patoni. Metodologi Pendidikan agama Islam. hal.107-109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatih...