BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tujuan pendidikan Islam seiring
dengan tujuan Allah menciptalkan manusia, yakni untuk mengabdi kepada-Nya.
Pengabdian pada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang diwijidkan dalam
amaliah untukmencpai derajat orang yang taqwa disisinya,. Kemudian Allah
menciptakan manusia sebagai khalifah untuk melaksanakan tugasnya. Khlifah
dituntut menjadikan sifat-sifat Allah bagian dari karakteristik keperibadiannya
untuk mendukung terwujudnya kemakmuran. Pengabdian dan ketaqwaan kepada Allah
merupakan jembatan untuk mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat.[1]
Metode
suatu alat penting dalam pendidikan agama islam Yang mana dengan menggunakan
metode yang tepat maka ajaran-ajaran yang disampaikan dapat diserap oleh anak
didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran.
Dalam penerapanya, metode pendidikan
Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik
sendiri. dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan
dasar-dasar umum metode pendidikan Islam.
Sebab metode pendidikan merupakan
sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh
oleh seseorang haruslah mengacu pada daasr-dasar metode pendidikan tersebut dan
memahami
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode yang paling tepat
untuk pembelajran PAI, sehingga tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai
secara maksimal dengan efektif dan efisien.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini rumusan masalah yang
kami angkat adalah:
1.
Apa pengertian
metode pembelajaran PAI?
2.
Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih
metode pembelajaran PAI?
C.
Tujuan
Penulisan
Berangkat dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1.
Mengetahui
pengertian metode pembelajaran PAI
2.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode pembelajaran PAI
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode Pendidikan Agama Islam
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang metode
pendidikan agama islam, maka pada bagian ini kami akan menjelaskan terlebih
dahulu tentang pengertian dari metode pendidikan agama islam itu sendiri.
Secara etimologi kata
metode berasal dari bahasa Yunani dari dua suku perkataan yaitu meta dan
hodos, Meta berarti melalaui dan hodos berarti jalan atau cara.
Secara terminologi metode diartikan sebagai tata
cara untuk melakukan sesuatu.[2] Lebih
dari itu metode didefinisikan sebagai cara kerja atau cara yang teratur dan
sistematis untuk melaksanakan sesuatu[3].
Dan hampir sama dengan arti tersebut metode diartikan sebagai cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, dengan menggunakan teknik dan
alat-alat tertentu.[4]
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1988 sebagaimana yang
dikutip oleh Erwati Aziz, metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.[5]
Pengertian
seperti diatas dapat digunakan pada berbagai objek termasuk pendidikan.
Sehingga metode pendidikan merupakan
cara yang teratur dan terpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan
pelajaran kepada anak didik. DR. Nana Sudjana mendefinisikan metode pendidikan
sebagai cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pendidikan.[6]
Dan ketika dilekatkan dengan agama islam maka definisinya adalah metode tentang
pendidikan materi-materi agama islam.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dalam Memilih Metode PAI
Metode
pendidikan merupakan salah satu sarana yang amat penting dalam mencapai tujuan
pendidikan. E. Mulyasa menuliskan
bahwasannya dalam proses interaksi edukasi seorang pendidik atau guru harus
mampu memberikan pengalaman yang bervariasi, serta memperhatikan minat dan
kemampuan siswa.[7]
Masih menurut E.Mulyasa bahwasannya pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit
ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru. Senada dengan E. Muyasa,
Nana Sudjana menyatakan bahwa proses interaksi edukasi akan berjalan baik jika siswa banyak aktif
dibanding dengan guru. Oleh karena itu metode belajar yang baik adalah yang
dapat menumbuh kembangkan kegiatan belajar siswa.[8]
Dalam
hal ini, ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum memilih metode
yang akan kita pakai. Winarno Surahmat menyatakan bahwa setidaknya ada lima
faktor yang perlu kita perhatikan yakni[9] :
1. Siswa
(dengan berbagai tingkat kematangan dan minatnya)
2. Tujuan
(dengan berbagai jenis dan fungsinya)
3. Situasi
(dengan berbagai keadaannya)
4. Fasilitas
(dengan berbagai kuailitas dan kuantitasnya)
5. Pengajar
(dengan bernagai kemampuannya)
Sedangkan Wenstenlein juga mempertimbangkan lima hal
dalam menetukan metode pendidikan yang akan dipakai, yakni[10]:
1. Tujuan
2. Lingkungan
pendidikan dan peralatan
3. Sistem
pendidikan
4. Kebutuhan
anak didik
5. Kemampuan
pendidik
Sedangkan Ahmad Pathoni dalam bukunya metodologi
pendidikan agama islam menuliskan bahwasannya ada 6 faktor yang mempengaruhi
metode pendidikan[11],
anatara lain :
1. Tujuan
pendidikan
2. Bahan
pendidikan
3. Guru/pendidik
4. Anak
didik
5. Situasi
mengajar
6. Faktor
lain, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi jenis metode
tersebut.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode pendidikan tidak jauh berbeda. Satu sama lain saling
melengkapi dan terkadang hanya penyusunannya saja yang berbeda.
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, maka kami berpendapt
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi metode pendidikan adalah
1.
Siswa atau
peserta didik
Pemilihan suatu
metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan siswa.
Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada
kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau belum.
Penerapan suatu
metode yang sederhana dan yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya
berkaitan dengan tingkatan kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik
pada setiap jenjangnya.
Di ruang
kelas guru akan
berhadapan dengan sejumlah
anak dengan latar belakang kehidupan yang berlainan.
Status sosial mereka juga bermacam-macam.
Demikian juga dengan
jenis kelamin serta
postur tubuh. Pendek kata dari aspek fisik selalu ada
perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik.
Sedangkan dari
segi intelektual pun
sama, ada perbedaan
yang ditunjukkan dari cepat
dan lambatnya tanggapan
anak didik terhadap rangsangan yang diberikan
dalam kegiatan belajar
mengajar. Aspek psikologis juga
ada perbedaan yaitu
adanya anak didik
yang pendiam, terbuka, dan
lain-lain.
Perbedaan dari
aspek yang disebutkan
di atas mempengaruhi pemilihan
dan penentuan metode
yang mana sebaiknya guru ambil
untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kreatif
dalam waktu yang relatif
lama demi tercapainya
tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan secara operasional.
2.
Tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
Setiap pelaksanaan
pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar
akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana
perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama.
Kalimat
tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran
yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga
berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas
kehidupan.
Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang
dituju dari setiap
kegiatan belajar mengajar. Hal
ini dapat mempengaruhi
penyeleksian metode yang
harus digunakan. Metode yang
dipilih guru harus
sesuai dengan taraf
kemampuan yang hendak diisi ke
dalam diri setiap anak didik. Jadi metode harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran.
3.
Materi
pembelajaran
Materi
pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda.
Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut
langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada
tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat
kesulitan suatu materi pembelajaran.
4.
Situasi atau
dinamika kelas
a.
Jumlah peserta didik.
Jumlah peserta didik dalam satu kelas perlu menjadi pertimbangan
dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Dalam kelas yang jumlah peserta
didiknya melampau batas, guru akan kewalahan mengampu pembelajaran. Pencapaian
tujuan belajar akan menjadi lebih sulit karena ketidakseimbangan antara porsi
maksimal perhatian dan penanganan yang dapat diberikan guru, dengan kondisi
besarnya jumlah siswa yang akan menimbulkan berbagai keruwetan. Kelas yang over
capasity, cenderung sulit diatur, gaduh, peserta didik sulit untuk memfokuskan
perhatian secara konsisten terhadap pelaksanaan pembelajaran dan berbagai
masalah lainnya.
Pemilihan metode yang tepat akan mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang memberdayakan. Artinya, dengan penggunaan metode tersebut
setiap peserta didik tidak luput dari perolehan peran dan porsi keterlibatan
dalam pembelajaran.
b.
Karakter kelas.
Pemilihan metode pembelajaran harus
memperhatikan karakter kelas. Karakter kelas menyangkut sifat dan sikap peserta
didik dalam tataran umum untuk ruang lingkup kelas. Guru harus memiliki
ketajaman pandangan dan mampu menilai karakter yang dimiliki oleh kelas-kelas
yang diampunya. Setiap kelas memiliki karakternya masing-masing. Salah satu
keterampilan wajib seorang guru adalah dalam hal penguasaan kelas. Penguasaan
kelas bukan diartikan guru dominan dan diktatoris, tapi guru sangat mengenali
dan memahami secara mendalam karakter kelas yang diampunya.
Cara yang bisa dilakukan untuk
mengetahui karakter kelas adalah dari sikap yang paling dominan yang dimiliki
kelas tersebut, dimana sikap dominan tersebut merupakan sikap yang mencirikan
(membedakan) kelas tersebut dengan kelas lainnya. Ini berarti setiap kelas
memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Sikap dominan bisa ditelusur dari
indikasi-indikasi seperti yang tampak, antara lain:
1)
Seberapa kooperatifkah warga belajar.
Kelas yang kooperatif adalah kelas
yang mampu dan bisa ‘diajak’ bekerjasama. Hal ini tampak dari sebagian besar
peserta didik mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga suasana
kelas cenderung kondusif, pembelajaran dapat berjalan dengan sangat baik. Namun
jika keadaan sebaliknya, seperti kegaduhan yang melebihi batas, peserta didik
malas dan enggan menunjukkan partisipasi yang diharapakan dalam proses
pembelajaran, ini tandanya kelas tersebut perlu mendapatkan pendekatan dari
guru agar lebih kooperatif.
2)
Adakah kelompok
dominan dalam kelas tersebut.
Kelompok dominan di kelas biasanya
mampu mengontrol situasi kelas sesuai yang mereka inginkan. Jika yang
berkembang adalah kelompok dominan dengan kebiasaan negatif, maka situasi kelas
akan tidak kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Peserta didik akan
cenderung gaduh, tidak kooperatif, bahkan menunjukkan sikap yang memojokkan
guru.
Menghadapi situasi demikian, guru
perlu memiliki kemampuan interpersonal dan ketepatan dalam pemilihan metode
pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode belajar yang tepat pada kenyataanya
mampu mengatasi masalah dominasi kelompok tertentu dalam lingkup kelas.
3)
Bagaimana
performa dan tingkat partisipasinya.
Guru biasanya akan mudah menilai
bagaimana performa dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Penilaian tersebut
kemudian akan memunculkan pandangan apakah kelas tersebut termasuk kelas aktif
atau kelas pasif. Pemilihan metode pembelajaran untuk kelas aktif tidak akan
menyulitkan guru dalam menentukan metode mana yang akan digunakan. Berbeda
dengan kelas pasif, guru harus memilih metode mana yang cocok agar dengan
metode tersebut mampu mendorong tingkat partisipasi peserta didik dan
memunculkan performa mereka.
5.
Fasilitas
pembelajaran
Fasilitas
pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan
proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran
yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun
demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar
yang diharapkan.
Keadaan
tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang
pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi
tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Fasilitas merupakan
hal yang mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Fasilitas adalah kelengkapan
yang menunjang belajar anak
di sekolah. Lengkap
tidaknya fasilitas belajar
akan mempengaruhi pemilihan
metode mengajar.
6.
Alokasi waktu.
Pemilihan
metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu.
Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung
secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu
terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara
sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi –
konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan
kegiatan pembuka dan penutup.
7.
Guru/Pendidik.
Latar belakang
pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap
berbagai jenis metode
menjadi kendala dalam memilih
dan menentukan metode.
Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar
yang memadai. Tetapi
ada juga yang
tepatmemilihnya namun dalam
pelaksanaannya menemui kendala
disebabkan labilnya
kepribadian dan dangkalnya
penguasaan atas metode
yang digunakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode
pendidikan merupakan cara yang teratur
dan terpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan pelajaran kepada anak
didik. ketika dilekatkan dengan agama islam maka definisinya adalah metode
tentang pendidikan materi-materi agama islam.
Dalam
memilih metode yang paling tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran
harus memperhatikan beberapa faktor antara lain:
1. Siswa
atau peserta didik
2. Tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
3. Faktor
materi pembelajaran
4.
Situasi belajar
mengajar atau dinamika kelas
5. Fasilitas
6. Alokasi
Waktu
7. Guru/Pendidik.
B.
Saran
Demikian telah diselesaikannya makalah ini, kami sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan kami lebih baik
lagi dalam menyusun karya-karya yang akan datang maupun perbaikan karya yang
telah kami tulis, sehingga karya kami semakin bermanfaat.
Kami berharap semoga makalah yang sangat sederhana ini memberikan
kontribusi dalam kazanah ilmu pengetahuan dan memberikan kemanfaatan bagi
pembacanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad
Patoni. 2004. Metodologi Pendidikan agama Islam. Bina Ilmu. Jakarta
Dahlan al-Barri & M. Pius A.
Partanto.1994. Kamus Ilmiah Populer. Arkola. Surabaya.
E. Mulyasa.
2008. Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan”. Remaja Rosdakarya. Bandung
Erwati Aziz. 2003. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo.
Nana Sudjana.
2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung
Ramayulis.
2008. Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia. Jakarta.
Saliman & Sudarsono.1994. Kamus
Pendidikan, Pendidikan dan Umum, Rineka Cipta. Jakarta.
Winarno
Surahmat. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Tarsito. Bandung
[1]
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008. h :22
[2]
Saliman & Sudarsono. Kamus Pendidikan, Pendidikan dan Umum, Jakarta:
Rineka Cipta, 1994.
[3]
Dahlan al-Barri & M. Pius A. Partanto. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya
: Arkola, 1994.
[4] http://Alimanjogja.blogspot.com
[5]
Erwati Aziz. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam . Hal.79
[7] E.
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan”. hal. 107
[8] Ibid. hal.76
[9] Winarno
Surahmat. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar.hal.97
[10] Wenstenlain. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan
(Buku Panduan Mahasiswa).hal.92-93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar