Sabtu, 18 Februari 2017

INSPIRASI JEJAK KEARIFAN ; IBU PAHLAWAN KAMI



INSPIRASI JEJAK KEARIFAN ; IBU PAHLAWAN KAMI
Oleh : Nurul Fahmi
kokokan ayam didesa kami sering tak mengagetkan ibuku, karena ibu bangun lebih awal dari kokok ayam pada setiap waktu fajar. Agenda harian yang begitu padatlah yang memaksa ibuku bangun sangat pagi dan tidur cukup larut malam. Ibu bangun pagi-pagi sekali sebelum subuh untuk menyiapkan kebutuhan makan kami sekeluarga, dimulai dengan menyalakan api di tungku dengan kayubakar yang kadang sulit dinyalakan karena udara lembab atau kayunya masih sedikit basah, setelah dipastikan meyala ibu sgera memanaskan air sambil Napeni-i beras sebelum dicuci dan dimasak. kalau masih ada waktu sebelum azan subuh ibu menyempatkan bertahajjud walau tidak bisa se-istiqomah para ustazah dan para ahli ibadah lainnya.
Sebelum berangkat kerja ibu mempersiapkan sarapan buat aku dan adik-adikku yang akan pergi kesekolah. Biasanya nasi belum mateng sempurna, ibu nyulikke (mengambil sebagian sebelum matang) nasi yang masih dalam proses pematangan untuk dihidangkan pada kami, kemudian ibu berangat kerja mendahului kami yang akan pergi ke sekolah. Nasi yang masih kemebul karena masih panas dan bertemankan tempe atau gereh bakar serta sambel korek telah siap kami santap dan rasanya sangat kami nikmati. Hidangan seperti ini sangat nikmat bagi kami dan selalu kami syukuri, karena kami tak pernah membayangkan rendang, frech chiken, sea food, salad, roti tawar ataupun susu, Memang waktu itu kami tak pernah tau jenis sarapan itu, maklum saja waktu itu dirumah kami belum ada TV dan hidupkami di desa yang jauh dari hiruk pikuk ala metropolitan. Alhamdulillah saya syukuri juga sampai saat ini, adik-adikku yang lahir brlakangan pun berjiwa sederhana dan memahami kesederhanaan keluarga kami.
Dengan semangat tinggi dan penuh optimisme ibu melangkahkan kaki menapaki jalan licin bebatuan, menyebrangi sungi dan menyusuri jalan setapak diantara hamparan sawah milik orang-orang disekitar desa kami, tak pernah mengeluh apalagi menyerah dan berputus asa, itulah ibu kami yang sangat saya banggakan. Beliau rajin kesawah untuk bekerja sebagai buruh tani kepada pemilik sawah, ketika musim tanam, maka ibu buruh tandur yang biasanya akan disusul dengan matun. Dan saat musim panen maka pekerjaannya adalah dherep yaitu memanen dan mengantarkan hasil panen sampai kerumah juragan. Usaha beliau ini lah yang menjadi lantaran rizki dari Allah  untuk kami nikmati dan syukuri.
Setiap tetes keringat dan energi yang dikeluarkan beliau di gantikan Allah dengan berbagai rizki yang diterimakan pada keluarga kami, sehingga kami terpelihara dari meminta-minta dan eksis mengarungi kehidupan. insyaAllah tetes keringat dan  energinya diridhoi Allah yang bernilai ibadah dan pantas diganjar oleh Allah baik di dunia ini maupun kelak di akhirat.
Sepulang dari bekerja ibu tidak bersantai dan mengistirahatkan diri, beliau sangat menghargai waktu dan kesempatan yang ia miliki. Beliau tidak melewatkan waktunya hanya untuk sekedar ngrumpi atau tidur siang. Beliau menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah, menambah pindi-pundi rizki dengan membuat karya tangan anyaman bamboo berupa besek yang bisa dijual untuk menambah keperluan keluarga kami. Ketik malam hari ibu menyempatkan diri unruk mendidik putr-putrinya membaca alqur’an maupun pelajaran sekolah putra-putrinya (insya Allah saya tulis pada judul yang lain). Dan pada ahirnya saya simpulkan bahwa ibu adalah pahlawan kami.
Aku bangga sekali sebagai anak beliau, meskipun hanya tamatan SD tapi semangat beliau untuk pendidikan anak-anaknya sangat tinggi, beliau sangat menyadari pentingnya pendidikan. Beliau tak pernah memaksakan aku untuk segera bekerja dan memperbaiki taraf ekonomi keluarga kami selama saya masih ada keinginan belajar, dan pada suatu waktu akupun tak kuasa untuk menahan diri dari keinginan bekerja membantu keuangan keluarga sehingga akupun pernah melanglang buana mencari pengalaman sekaligus memperpantas diri untuk dianugrahi rizki oleh Allah. Selama berkelana akupun tak pernah menghentian semangat belajar dan pendidikan saya.
Sampai saat ini, ibu masih sangat menikmati profesinya tanpa berkeluh kesah dan selalu berbahagia dengan rizki yang dianugrahkan Allah kepada beliau. Sungguh Allah akan menganugrahkan kebahagian kepada orang-orang yang hatinya penuh rasa syukur.
Kaya itu, bukanlah kaya harta, tetapi kaya jiwa”
(HR, Bukhari dan Muslim)
Ya Allah ya Tuhan kami, Tuhan seluruh alam, anugrahilah kami sikap ketakwaan dan keimanan yang semakin kuat. Sehingga kami benar-benar menjadi hambamu yang Engkau terima dan Engkau Ridhoi, panjangkanlah umur kedua orang tua kami dengan umur yang Engkau ridhoi, anugrahilah kami rizki yang penuh keberkahan. Jadikan kami hamba yang selalu mendapat petunjuk dan memperoleh pertambahan ilmu yang bermanfaat. Dan pada ahiran hidup kami kelak, jadikanlah akhiran yang baik yaitu khusnul khatimah. Aamin yaa rabbal ‘alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatih...