INSPIRASI JEJAK KEARIFAN ; IBU PAHLAWAN KAMI
Oleh : Nurul Fahmi
kokokan
ayam didesa kami sering tak mengagetkan ibuku, karena ibu bangun lebih awal
dari kokok ayam pada setiap waktu fajar. Agenda harian yang begitu padatlah
yang memaksa ibuku bangun sangat pagi dan tidur cukup larut malam. Ibu bangun
pagi-pagi sekali sebelum subuh untuk menyiapkan kebutuhan makan kami
sekeluarga, dimulai dengan menyalakan api di tungku dengan kayubakar yang
kadang sulit dinyalakan karena udara lembab atau kayunya masih sedikit basah, setelah
dipastikan meyala ibu sgera memanaskan air sambil Napeni-i beras sebelum dicuci dan dimasak. kalau masih ada waktu
sebelum azan subuh ibu menyempatkan bertahajjud
walau tidak bisa se-istiqomah para
ustazah dan para ahli ibadah lainnya.
Sebelum
berangkat kerja ibu mempersiapkan sarapan buat aku dan adik-adikku yang akan
pergi kesekolah. Biasanya nasi belum mateng sempurna, ibu nyulikke (mengambil sebagian sebelum matang) nasi yang masih dalam
proses pematangan untuk dihidangkan pada kami, kemudian ibu berangat kerja
mendahului kami yang akan pergi ke sekolah. Nasi yang masih kemebul karena masih panas dan
bertemankan tempe atau gereh bakar
serta sambel korek telah siap kami
santap dan rasanya sangat kami nikmati. Hidangan seperti ini sangat nikmat bagi
kami dan selalu kami syukuri, karena kami tak pernah membayangkan rendang,
frech chiken, sea food, salad, roti tawar ataupun susu, Memang waktu itu kami
tak pernah tau jenis sarapan itu, maklum saja waktu itu dirumah kami belum ada
TV dan hidupkami di desa yang jauh dari hiruk pikuk ala metropolitan. Alhamdulillah saya syukuri juga sampai
saat ini, adik-adikku yang lahir brlakangan pun berjiwa sederhana dan memahami kesederhanaan
keluarga kami.
Dengan semangat tinggi dan penuh optimisme ibu melangkahkan kaki menapaki
jalan licin bebatuan, menyebrangi sungi dan menyusuri jalan setapak diantara
hamparan sawah milik orang-orang disekitar desa kami, tak pernah mengeluh
apalagi menyerah dan berputus asa, itulah ibu kami yang sangat saya banggakan.
Beliau rajin kesawah untuk bekerja sebagai buruh tani kepada pemilik sawah,
ketika musim tanam, maka ibu buruh tandur
yang biasanya akan disusul dengan matun.
Dan saat musim panen maka pekerjaannya adalah dherep yaitu memanen dan mengantarkan hasil panen sampai kerumah
juragan. Usaha beliau ini lah yang menjadi lantaran rizki dari Allah untuk kami nikmati dan syukuri.
Setiap tetes keringat dan energi yang
dikeluarkan beliau di gantikan Allah dengan berbagai rizki yang diterimakan
pada keluarga kami, sehingga kami terpelihara dari meminta-minta dan eksis
mengarungi kehidupan. insyaAllah tetes keringat dan energinya diridhoi Allah yang bernilai ibadah
dan pantas diganjar oleh Allah baik di dunia ini maupun kelak di akhirat.
Sepulang dari bekerja ibu tidak
bersantai dan mengistirahatkan diri, beliau sangat menghargai waktu dan
kesempatan yang ia miliki. Beliau tidak melewatkan waktunya hanya untuk sekedar
ngrumpi atau tidur siang. Beliau
menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah, menambah pindi-pundi rizki dengan
membuat karya tangan anyaman bamboo berupa besek
yang bisa dijual untuk menambah keperluan keluarga kami. Ketik malam hari ibu
menyempatkan diri unruk mendidik putr-putrinya membaca alqur’an maupun
pelajaran sekolah putra-putrinya (insya Allah saya tulis pada judul yang lain).
Dan pada ahirnya saya simpulkan bahwa ibu adalah pahlawan kami.
Aku bangga sekali sebagai anak beliau,
meskipun hanya tamatan SD tapi semangat beliau untuk pendidikan anak-anaknya
sangat tinggi, beliau sangat menyadari pentingnya pendidikan. Beliau tak pernah
memaksakan aku untuk segera bekerja dan memperbaiki taraf ekonomi keluarga kami
selama saya masih ada keinginan belajar, dan pada suatu waktu akupun tak kuasa
untuk menahan diri dari keinginan bekerja membantu keuangan keluarga sehingga
akupun pernah melanglang buana mencari pengalaman sekaligus memperpantas diri
untuk dianugrahi rizki oleh Allah. Selama berkelana akupun tak pernah
menghentian semangat belajar dan pendidikan saya.
Sampai saat ini, ibu masih sangat
menikmati profesinya tanpa berkeluh kesah dan selalu berbahagia dengan rizki
yang dianugrahkan Allah kepada beliau. Sungguh Allah akan menganugrahkan
kebahagian kepada orang-orang yang hatinya penuh rasa syukur.
“Kaya itu, bukanlah kaya harta, tetapi kaya
jiwa”
(HR, Bukhari dan
Muslim)
Ya Allah ya Tuhan kami, Tuhan
seluruh alam, anugrahilah kami sikap ketakwaan dan keimanan yang semakin kuat.
Sehingga kami benar-benar menjadi hambamu yang Engkau terima dan Engkau Ridhoi,
panjangkanlah umur kedua orang tua kami dengan umur yang Engkau ridhoi,
anugrahilah kami rizki yang penuh keberkahan. Jadikan kami hamba yang selalu
mendapat petunjuk dan memperoleh pertambahan ilmu yang bermanfaat. Dan pada
ahiran hidup kami kelak, jadikanlah akhiran yang baik yaitu khusnul khatimah. Aamin yaa rabbal ‘alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar