Jumat, 06 Januari 2017

Kisah Inspiratif : Garam dalam Gelas



Selama manusia maisih hidup, Tentu tidak akan pernah terlepas dari suatu perkara kehidupan. Adakalanya hal itu dirasakan sebagai suatu kebaikan baginya maupun sebagai suatu keburukan dalam hidupnya.  Namun perlu diingat kembali bahwa sesuatu yang kita anggap baik bisa jadi  hal itu tidak baik menurut Allah SWT. dan sebaliknya sesuatu yang kita anggap tidak baik ternyata hal  itu justru sangat baik menurut Allah SWT. dengan demikian maka tidak sepantasnya kita terlalu larut berlebihan  dalam merespon suatu perkara, baik dengan terlalu senang maupun terlalu larut dalam kesedihan.
Sudah maklum adanya bahwa manusia mempunyai suatu problematika kehidupan, namun perlu disadari bahwa dengan adanya ujian kehidupan justru akan menjadikan manusia mampu berkembang lebih baik, karena setiap masalah diturunkan satu paket dengan solusi, dan setiap paket  kesulitan desrtai dengan paket lainya yaitu kemudahan, Bukankan Allah SWT telah mengabarkan bahwa Allah akan menjadiakan kemudahan setelah kesulitan. Serta dikabarkan  bahwa sesumgguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan.
Dalam menghadapi suatu kesulitan dan masalah yang sebenarnya telah disediakan paket kemudahan dan solusi yang harus dicari dan ditemukan, maka setiap manusia perlu mempunyai keluasan hati agar masalah-masalah yang dihadapi tidak begitu terlalu mengganggu kestabilan hidupnya. Karena dengan keluasan hati tersebut masalah-masalah akan terasa lebih ringan dan tidak akan menimbulkan tekanan (stress).  Dan justru dari suatu  masalah yang kita sikapi dengan hati yang lapang akan banyak memberikan pendidikan berharga dalam perjalanan mengarungi kehidupan ini.

Kisah : Garam Dalam Gelas
Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang dirundung bayak masalah hidup, kemudian dia memutuskan untuk berrekreasi ke pegunungan yang asri dan sepi dari keramaian orang agar lebih tenang dan bisa menjauhkan diri dari hiruk pikuk permasalahan kehidupannya.
Dia kemudian berjumpa dengan seorang tua yang berada di depan sebuah rumah sederhana dalam pegunungan tersebut. Orang tua yang dijumpainya terlihat bijaksana dan terpancar kebahagiaan dari raut wajahnya. lalu mendekati orang tuan tersebut untuk sekedar berbincang dan orang tua tersebut melihat raut muka si pemuda dan tahu bahwa dia sedang dirundung suatu masalah. Diapun dengan hati-hati dan ramah meminta sipemuda untuk bercerita tentang masalahnya.
Setelah sekian lama mendengar cerita si pemuda, orang tua itupun mengerti bahwa masalah yang dihadapi pemuda tersebut memanglah cukup berat. Kemudian orang tua tersebut mengambil segenggam garam dan mencampurkannya dalam segelas air putih, lalu meminta si pemuda untuk merasakannya.
Si pemuda tahu bahwa rasanya pasti sangatlah tidak enak dan enggan untuk meminumnya, namun orang tua tersebut terus membujuk dan berkata dengan tersenyum “rasakanlah, sedikit saja  pun tidak apa-apa”
Merasa sungkan, si pemuda pun mencicipinya meski hanya sedikit. Raut mukanya seketika berubah karena merasakan pahitnya air yang dia minum.
Orang tua tadi kemudian mengajaknya menuju sebuah telaga yang jernih. Ia menebarkan segenggam garam yang ia bawa kedalam telaga tersebut. Dengan sepotong kayu orang tua tersebut mengaduknya dan menyuruh sipemuda untuk meminum air telaga yang telah ditaburi garam tersebut.
Si pemuda meminumnya dengan tangannya, dia meminumnya lagi dan lagi. “segar sekali” gumamnya.
apa kamu merasakan garam dalam air itu?’ Tanya orang tua tersebut
‘sama sekali tidak” kata sipemuda.
Orang tua tadi, kemudian mengajak pemuda untuk duduk bersamanya dan bekata, “ nak, pahitnya kehidupan itu seperti segenggam garam yang sama, yang dimasukkan kedalam gelas dan telaga tadi. Jumlah dan rasa nya sama, tetapi garam ini sangat bergantung dengan wadah yang menampungnya. Jika wadahnya kecil, maka rasa pahit dari garam akan sangat terasa, semakin kecil wadahnya, semakin pahit rasanya.”
“sebaliknya, jika wadahnya luas, maka garam tidak akan terasa. Semakin luas wadahnya maka semakin tidak terlihat pengaruh garam tersebut dan rasa air”
“jika segenggam garam adalah pahitnya kehidupan, maka wadahnya adalah hatimu. Disanalah kamu menampung segala sesuatu. Jangan menjadikan hatimu seperti gelas, jadilah seperti telaga atau yang lebih luas lagi. Maka, segalanya akan baik-baik saja. Bahkan kepahitan itu tidak akan mengubah kehidupanmu.”
BACA JUGA HIKAMAH: BINTANG LAUT ITU PASTI MERASAKAN PERBEDAANNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatih...