Selama manusia
maisih hidup, Tentu tidak akan pernah terlepas dari suatu perkara kehidupan. Adakalanya
hal itu dirasakan sebagai suatu kebaikan baginya maupun sebagai suatu keburukan
dalam hidupnya. Namun perlu diingat
kembali bahwa sesuatu yang kita anggap
baik bisa jadi hal itu tidak baik
menurut Allah SWT. dan sebaliknya sesuatu yang kita anggap tidak baik ternyata
hal itu justru sangat baik menurut Allah
SWT. dengan demikian maka tidak sepantasnya kita terlalu larut berlebihan dalam merespon suatu perkara, baik dengan
terlalu senang maupun terlalu larut dalam kesedihan.
Sudah maklum
adanya bahwa manusia mempunyai suatu problematika kehidupan, namun perlu
disadari bahwa dengan adanya ujian kehidupan justru akan menjadikan manusia mampu
berkembang lebih baik, karena setiap masalah diturunkan satu paket dengan
solusi, dan setiap paket kesulitan
desrtai dengan paket lainya yaitu kemudahan, Bukankan Allah SWT telah
mengabarkan bahwa Allah akan menjadiakan
kemudahan setelah kesulitan. Serta dikabarkan bahwa
sesumgguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan.
Dalam menghadapi
suatu kesulitan dan masalah yang sebenarnya telah disediakan paket kemudahan
dan solusi yang harus dicari dan ditemukan, maka setiap manusia perlu mempunyai
keluasan hati agar masalah-masalah yang dihadapi tidak begitu terlalu
mengganggu kestabilan hidupnya. Karena dengan keluasan hati tersebut masalah-masalah
akan terasa lebih ringan dan tidak akan menimbulkan tekanan (stress). Dan justru dari suatu masalah yang kita sikapi dengan hati yang
lapang akan banyak memberikan pendidikan berharga dalam perjalanan mengarungi
kehidupan ini.
Kisah : Garam Dalam Gelas
Pada suatu
ketika ada seorang pemuda yang dirundung bayak masalah hidup, kemudian dia
memutuskan untuk berrekreasi ke pegunungan yang asri dan sepi dari keramaian
orang agar lebih tenang dan bisa menjauhkan diri dari hiruk pikuk permasalahan
kehidupannya.
Dia kemudian
berjumpa dengan seorang tua yang berada di depan sebuah rumah sederhana dalam
pegunungan tersebut. Orang tua yang dijumpainya terlihat bijaksana dan
terpancar kebahagiaan dari raut wajahnya. lalu mendekati orang tuan tersebut
untuk sekedar berbincang dan orang tua tersebut melihat raut muka si pemuda dan
tahu bahwa dia sedang dirundung suatu masalah. Diapun dengan hati-hati dan
ramah meminta sipemuda untuk bercerita tentang masalahnya.
Setelah sekian
lama mendengar cerita si pemuda, orang tua itupun mengerti bahwa masalah yang
dihadapi pemuda tersebut memanglah cukup berat. Kemudian orang tua tersebut
mengambil segenggam garam dan mencampurkannya dalam segelas air putih, lalu
meminta si pemuda untuk merasakannya.
Si pemuda tahu
bahwa rasanya pasti sangatlah tidak enak dan enggan untuk meminumnya, namun
orang tua tersebut terus membujuk dan berkata dengan tersenyum “rasakanlah,
sedikit saja pun tidak apa-apa”
Merasa sungkan,
si pemuda pun mencicipinya meski hanya sedikit. Raut mukanya seketika berubah
karena merasakan pahitnya air yang dia minum.
Orang tua tadi
kemudian mengajaknya menuju sebuah telaga yang jernih. Ia menebarkan segenggam
garam yang ia bawa kedalam telaga tersebut. Dengan sepotong kayu orang tua
tersebut mengaduknya dan menyuruh sipemuda untuk meminum air telaga yang telah
ditaburi garam tersebut.
Si pemuda
meminumnya dengan tangannya, dia meminumnya lagi dan lagi. “segar sekali”
gumamnya.
“apa kamu
merasakan garam dalam air itu?’ Tanya orang tua tersebut
‘sama sekali
tidak” kata sipemuda.
Orang tua tadi,
kemudian mengajak pemuda untuk duduk bersamanya dan bekata, “ nak, pahitnya
kehidupan itu seperti segenggam garam yang sama, yang dimasukkan kedalam gelas
dan telaga tadi. Jumlah dan rasa nya sama, tetapi garam ini sangat bergantung
dengan wadah yang menampungnya. Jika wadahnya kecil, maka rasa pahit dari garam
akan sangat terasa, semakin kecil wadahnya, semakin pahit rasanya.”
“sebaliknya,
jika wadahnya luas, maka garam tidak akan terasa. Semakin luas wadahnya maka
semakin tidak terlihat pengaruh garam tersebut dan rasa air”
“jika segenggam
garam adalah pahitnya kehidupan, maka wadahnya adalah hatimu. Disanalah kamu
menampung segala sesuatu. Jangan menjadikan hatimu seperti gelas, jadilah
seperti telaga atau yang lebih luas lagi. Maka, segalanya akan baik-baik saja. Bahkan
kepahitan itu tidak akan mengubah kehidupanmu.”
BACA JUGA HIKAMAH: BINTANG LAUT ITU PASTI MERASAKAN PERBEDAANNYA
BACA JUGA HIKAMAH: BINTANG LAUT ITU PASTI MERASAKAN PERBEDAANNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar