Sabtu, 19 Desember 2020

KEBAIKAN KECILMU, BERDAMPAK BESAR UNTUK HIDUPMU

 Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh ,

Semangat pagi untuk kita semua.

Sahabatku yang visioner dengan gagasan dan cita-cita yang besar,

Sudah berbuat apa hari ini untuk perubahan besarmu? Atau malah sedang bingung mau memulai dari mana?

Sahabatku yang terkasih, tidak peduli seberapapun besarnya cita-citamu, kamu bisa memulai dari kebaikan-kebaikan kecil untuk menuju cita-cita besarmu.

Ingatlah! Hal yang besar adalah akumulasi dari hal-hal kecil, Sesuatu yang besar tersusun dari partikel-paertikel yang lebih kecil. Garis yang besar dan panjang juga dimulai dari titik yang kecil.

Jangan bengong dan mulailah bertindak! Meski hanya dimulai dengan kebaikan-kebaikan kecil. Karena hal itu jika terus dilaksanakan dengan istikomah (kontinyu) juga akan menjadi hal besar dengan dampak yang besar pula.

Mari kita renungkan firman Allah Swt dalam QS. Az-Zalzalah ayat 7 berikut:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7)

Sekarang makin yakin kan? Kkalau sekecil apapun kebaikanmu tidak akan ada yang sia-sia,

Dan balasan dari kebaikan tidak lain juga kebaikan pula, lihat QS. Ar-Rahman: 60

هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُۚ

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman: 60)

Eits.. tunggu dulu, tapi jangan berharap balasan kebaikan dari orang yang kamu telah berbuat baik padanya, itu namanya tidak ikhlas, lagian hal demikian membuatmu berpotensi besar untuk kecewa.

Hal apapun dan kepada siapapun kebaikanmu, berharaplah balasan hanya dari Allah Swt semata. Karena Allah-lah yang akan melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang berbuat baik.

 وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-A'raf: 56)

Sekarang sudah makin jelas dan yakin kan?

Cita-cita besarmu akan tercapai dengan segera memulai perbuatan-perbuatan baik papun yang bisa kamu lakukan.

Kebaikan-kebaikanmu menjadi potensi besar untuk mendatangkan rahmat Allah Swt untukmu. Cita-cita besarmu bisa terwujud dengan rahmat dan ridho-Nya sehingga hidupmu sukses dalam keberkahan.

Dan yakinlah apapun kebaikanmu, semua berpotensi untuk membuka jalan kesuksesanmu.

Semangat untuk hidup yang lebih baik, maksimalkan potensi dan kemampuan kita untuk berbuat baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh.

Baca juga APAPUN YANG DIHADAPI, BERPELUANG JADI PINTU SUKSES

(Foto : Dokumentasi penyerahan bantuan perlengkapan sekolah dari LAZISMU untuk siswa SDN Blotongan 02)


Selasa, 30 Juni 2020

SUPERIORITAS DALAM KOMUNITAS

Setiap orang pasti berhubungan dengan orang lain dan memiliki komunitas, apapun itu. mulai yang cukup kecil, semisal komunitas dalam keluarga, hingga komunitas-komunitas yang lebih luas. Baik berdasarkan pekerjaan, bisnis, hobi, tempat tinggal maupun komunitas-komunitas lainnya.

Mayoritas diantara kita tentu merasa bangga jika mampu mendominasi, dan menjadi yang terkuat. Namun menurut saya bukan itu yang dibutuhkan untuk mensukseskan visi dan misi sebuah komunitas. Bahkan sebuah superioritas tidak jarang justru menimbulkan kekacauan, ketimpangan, malfungsi dan kehancuran.

Dalam hal ini saya membuat analogi sederhana. kita sudah biasa menganalogikan kekuatan persatuan dan kekompakan sebagai satu ikat sapu lidi, iya kan? disini saya akan menambahkan sedikit, mengenai analogi superioritas dalam komunitas. Misalkan sebuah komunitas itu adalah sapu lidi, maka sesosok yang merasa superior itu saya ibaratkan besi. coba bayangkan!, dari kumpulan lidi-lidi yang cukup lentur, kecil, dan mudah patah dalam sebuah ikatan yang berbentuk sapu lidi, didalamnya juga ada sebuah besi masuk dalam ikatan sapu lidi. apa yang terjadi? sudah dibayangkan kan?. Iya, yang terjadi adalah sapu lidi tidak bekerja secara maksimal, bahkan besi yang paling kuat justru mengganggu  jalan kerjanya lidi-lidi yang lain dalam satu ikat sapu tersebut. bahkan ketika lidi-lidi tersebut sudah mulai patah dan memendek sebenarnya sapu masih bisa berfungsi dengan baik, tapi jika ada satu besi saja yang tidak ikut patah dan tetap panjang dan kuat seperti sedia kala yang terjadi adalah sapu tersebut sudah tidak  bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Begitulah gambaran sederhananya, maka superioritas individu sebenarnya tidak peting dalam perjalanan sebuah komunitas. Yang terpenting adalah senasib sepenanggungan, saling percaya, kompak dan bersatu. Mari leburkan egoisme pribadi dan khusnudzon (berbaik sangkan; percaya) dengan rekan-rekan kita.

Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bisshowab.


Senin, 22 Juni 2020

Kemerdekaan Diri Menurut Alam Pikirku Yang Sesat

Dokumen gambar milik Knip Semarang.com diambil via kompasiana.com
Dokumen gambar milik Knip Semarang.com diambil via kompasiana.com


Oleh: Nurul Fahmi

Dulu, aku pernah  terjerumus dalam alam pikir yang sesat. Aku pernah berpikir bahwa hidup akan jadi lebih enteng, enjoy, dan slow ketika aku bisa memerdekakan diri dari (merasa) disuruh-suruh oleh banyak orang. Akhirnya benar, banyak sekali orang-orang yang minta tolong/bantuan saya kecewakan dan mulai ada jarak yang memisahkan  hubungan sosial-emosional anatra kita. Ya, tentu aku merasa merdeka. Itulah alam pikir sesat yang saya banggakan.

Alasannya sih logis, atau sebenarnya saya logis-logiskan demi membenarkan kemauanku. Kurang lebih beginlah argumenku: Aku kan udah capek dengan pekerjaan dan tanggung jawabku sendiri. Enak aja, itukan urusan dan tanggung jawabmu. Ah, kamu sih mau enaknya aja, aku yang menanam kamu yang panen. Masa gitu aja kamu ga bisa sih, belajar dong! jangan malas, jangan ngandalin orang terus. Ya, dan seterusnya masih banyak lagi kalimat-kalimat yang senada.

Benar saja, aku semakin (merasa) merdeka dalam kesunyian diri, enjoy dengan diri sendiri dan melupakan hiruk-pikuk, lalu-lalang, dan padatnya relasi sosial-emosional yang (menurutku) menyita perhatian dan menguras energi. Aku terjebak dalam sikap apatis, empatiku mulai terkikis, dan kepedulianku seperti habis. Anehnya, aku berpura-pura menikmati hal ini. Inilah kesesatan sikap yang pernah aku perjuangkan dan itu adalah edisi lanjutan dari sesatnya pikiranku.

Ah, sudah sekian kali malam dilalui sang fajar dan siang dimakan sang senja. Kemerdekaan yang aku banggakan tersa rapuh dan kering. Jiwaku mulai gersang, dan hatiku merana kesakitan. Aku mulai merasa ada yang salah dan tidak beres dengan diriku sendiri. Ya, ini membuatku hanyut dalam renungan, menikmati pikiran, jiwa dan hati yang saling berkecamuk, upyek dalam perdebatan, saling mengoreksi dan menyalahkan sebelum akhirnya menemukan sebuah jawaban untuk sebuah perubahan.

Kini, cara berpikirku berubah seiring menumpuknya serpihan-serpihan pengalaman dalam dinamika hidup yang tak pernah terhenti. Aku menyadari bahwa aku telah berusaha mengkerdilkan fitrahku sebagai manusia. Fitrah bahwa kecenderungan hati manusia adalah berbuat baik, bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang kecenderungannya adalah saling mengenal, menyayangi, kerjasama, dan tolong menolong. Bahwa setiap mahluk tercipta unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Aku menyadari hal mendasar yang sempat aku lupakan, bahwa untuk hidup nyaman, tentram dan bahagia sebenarnya cukup dengan mengikuti fitrah manusia itu sendiri. Menerima kenyataan (bersyukur) bahwa kita adalah manusia yang hidup berdampingan dengan manusia lainnya bersama segenap hal yang melekat pada kemanusiaan itu sendiri.

Ternyata aku melupakan asas-asas dasar, bahwa tidak ada balasan bagi sebuah kebaikan kecuali kebaikan. Bahwa dengan saling berbuat baik akan memperluas dan memperkuat medan magnet kebaikan yang akan menarik lebih banyak kebaikan-kebaikan. Bahwa kebaikan yang kita lakukan adalah investasi untuk kebaikan kita dimasa mendatang. Bahwa curahan kasih sayang (rahmat) Allah Swt. berbanding lurus dengan curahan kasih sayang kita kepada mahluk-Nya.

Ah, semoga apa yang aku sadari adalah Hidayah yang dikirimkan Tuhan dan cara berpikirku tidak bertentangan dengan kebenaran yang dikehendaki Tuhan.

Semoga Allah Swt, Rabb Yang Maha Pengampun, mengampuni dosa dan kesalahnku, orang tuaku, keluargaku, guru-guruku, orang yang baik maupun yang jahat kepadaku, dan segenap saudara-saudara mukmin semuanya.

Semoga Allah Swt, Rabb Yang Maha Pengasih dan Penyayang, ridho terhadap kita, serta senantiasa mencurahkan kasih sayangnya kepada kita semua. aamiin.

Wallahu a’lam bisshowab.


Rabu, 03 Juni 2020

PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) MAPEL PAI-BP TAHUN PELAJARAN 2019/2020

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH

BERIKUT INI ADALAH SOAL PAT MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
SD NEGERI BLOTONGAN 02
TAHUN PELAJARAN 2019/2010.

Silahkan pilih sesuai kelas masing-masing

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jumat, 20 Maret 2020

APA YANG HARU KITA LAKUKAN SAAT STAY AT HOME?


Saat ini seluruh belahan dunia sedang berjuang melawan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) termasuk negara tercinta kita, Indonesia. Salah satu kebijakan pemerintah untuk menghambat dan menghentikan laju pandemi Covid-19 yang sangat mudah menular dan menyebar adalah menerapkan social distancing.
Social distancing adalah mengurangi jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi dengan orang lain, mengurangi kontak tatap muka langsung sehinga aktifitas belajar, bekerja dan beribadah bisa dilakukan dari rumah, termasuk menghindari pergi ke tempat-tempat yang ramai dikunjungi, seperti pasar, mall, supermarket, tempat wisata, bioskop, dan stadion. Bila seseorang harus berada di tempat umum, setidaknya perlu menjaga jarak sekitar 1,5 meter dari orang lain.
Menyikapi hal tersebut tentunya respon masyarakat berbeda-beda sesuai cara mereka berpersepsi. Namun sebagai warga negara sebaiknya kita dengan ikhlas dan senag hati mengikuti kebijakan yang diambil pemerintah untuk tetap stay at home; Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.
Ada beberapa hal yang semestinya kita lakukan saat stay at home, diantaranya:
1. Rajin beribadah, berdo’a, dan berdzikir kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
Sebagai seorang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa tentunya sepakat bahwa dengan beribadah, berdzikir dan berdo’a kepada Tuhan akan membawa dampak positif bagi kesehatan spiritual, mental dan kesehatan jasmani. Dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa maka hati kita akan menjadi tenang dan sehat, sebagaimana Hadis Nabi Muhammad SAW. bahwa ketika hati baik maka baik pula seluruh tubuhnya. Selain itu dengan hati yang tenang dan tidak gelisah maka akan meningkatkan daya tahan tubuh kita dari berbagai macam virus, bakteri dan penyakit. Dan yang lebih utama tentunya kita menyakini bahwa yang menguasai seluruh mahluk dan yang paling mampu menolong kita adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka sudah semestinya kita meningkatkan kedekatan kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Sebagai ikhtiar kita dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan adalah dengan menjaga kebersihan.
3. Tetap bekerja dan belajar dari rumah
Meski harus tetap tinggal di rumah bukan bearti kita libur dari aktifitas kerja dan belajar. Kita harus tetap bekerja dan belajar di rumah dengan memanfaatkan fasilitas, potensi dan kondisi yang ada di rumah. Lagi pula bekerja dan belajar sebenarnya bukan kewajiban yang sifatnya tuntutan, tetapi lebih pada kewajiban yang sifatnya merupakan kebutuhan kita sendiri. Dalam belajar dan bekerja dirumah tentunya kita harus mampu memanajemennya dengan baik agar tetap produktif tanpa mengabaikan dampak yang saling berhubungan dalam berbagai sisi kehidupan kita.
4. Berolah raga
Berolah raga juga penting lho untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh kita. jangan sampai karena kesibukan kita bekerja dan belajar di rumah, apa lagi hanya karena bermalas-malasan dan keasyikan rebahan kita mengabaikan aktifitas olah raga.
5. Membaca kitab dan buku cetak
Memang dunia saat ini banyak bergantung pada internet dan informasi digital, bahkan belajar dan bekerja dari rumah pun sangat bergantung padanya, namun bukan bearti kita kemudian mengabaikan membaca kitab dan buku cetak. Dengan membaca buku kita akan keluar dari kejenuhan, kesempitan lingkungan gerak dan kesempitan pola pikir.
6. Memanfaatkan waktu bersama seluruh anggota keluarga
Stay at home seperti saat ini mestinya bisa dimanfaatkan seluruh anggota keluarga untuk membangun komunikasi dan kebersamaan yang baik disamping kita harus tetap belajar dan bekerja dari rumah. Anggota keluarga bisa saja membuat kegiatan bersama seperti bersih-bersih, olah raga, masak, hingga bermain bersama, hal ini bisa membangun kedekatan dan kehangatan suasana keluarga serta menghilangkan kejenuhan saat harus selalu tinggal di rumah.
Mari kita selalu mendekatkan diri dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT dan berikhtiar sesuai kemampuan kita. Semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Aamiin.



MULUT, MATA, DAN TELINGA

Allah Swt. menganugrahkan kepada manusia 1 mulut, 2 telinga, dan 2 mata sebagai alat indra yang sangat penting dalam proses menerima rangsan...