Jumat, 24 Juni 2016

pentingnya memberikan keteladanan



KARENA ANDA, AKU KENCING BERLARI
(Pentingnya sosok suri tauladan)
Oleh: Nurul Fahmi

Setiap orang menghujat  kaum muda saat ini dengan kemerosotan moral dan budipekertinya. Para pelajar sangat akrab dengan kenakalan remajanya, para pemuda disandangi sebutan ahli pembuat onar dan kerusuhan, Tetapi hanya terbatas pada hujatan tanpa memberikan solusi dan jalan keluar apapun, termasuk juga para orang tua dan para guru dari kaum muda itu sendiri, bahkan sangat sedikit dari mereka (orang tua dan guru) yang mau berintrospeksi diri, padahal ditangan merekalah kewajiban mendidik dan mengajarkan akhlak.
Orang tua dan keluarga adalah tempat pendidikan paling dasar bagi anak-anak mereka, mestinya orang tua mengajarkannya berbagai akhlak terpuji dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai mana yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an “ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.“ Sangat ironis jika para orang tua mengharapkan anaknya berakhlak mulia sementara mereka sendiri tidak berakhlak mulia. Mereka menyurh anaknya mengaji di masjid tetapi mereka malah menonton televisi, mereka menginginkan anaknya berperilaku lembut dan sopan sementara para orang tua justru sering memperlihatkan pertikaian dihadapan anak mereka, sangat mengejutkan juga ketika seorang siswa ditanya tentang darimana mereka mendapatkan video porno yang yang ditontonya disekolah ternyata didapatnya dari Handphone orang tua mereka sendiri.
Pendidikan di lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh tehadap perkembangan karakter dan akhlak para remaja, mereka banyak menghabiskan waktunya di sekolahan dengan melakukan berbagai macam kegiatan dan interaksi dengan para guru serta teman-teman mereka. Guru yang notabennya sebagai seorang pendidik seharusnya sadar akan tugas utamanya yaitu mendidik dan menciptakan generasi saleh yang berkarakter, bukan sekedar menyampaikan informasi ilmu pengetahuan saja (transfer of knowledge). Jumlah jam mengajar dimintanya penuh minimal 24 jam pelajaran dalam seminggu tetapi hanya sebatas untuk kepentingan pencairan dana sertifikasi. Secara administrasi tugas mereka dalam mengajar sudah  dilaksanakan sesuai tuntutan pemerintah tetapi pada kenyataannya banyak juga yang masuk mengajarpun telat bahkan sampai absen, menyelesaikan materi (bahkan tidak selesai) tidak sesuai dengan RPP yang mereka buat untuk kepentingan sertifikasi.  Saat ini banyak yang merasa telah melaksanakan tugasnya yaitu mengajar tetapi mereka lupa untuk mendidiknya menjadi siwa yang saleh dan berkarakter, berbangga siswa disekolahannya lulus 100 persen dengan nilai yang tinggi meskipun diperolenya dengan kecurangan bersama, mereka juga melupakan bahwa tunjuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bukan sekedar memberikan nilai tinggi. Mereka kehilangan karakter dan menghilangkan jatidiri siswanya.
Setiap orang seharusnya melihat dirinya masing-masing, tidak serta merta menghujat orang dengan berbagai kenakalan dan keonaran yang mereka buat. Mungkin saja sebagian remaja kurang berakhlakul karimah karena memang pendidikan yang mereka terima seprti itu, entah itu di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun di lingkungan yang lainnya. Para pendidik dalam hal ini orang tua dan guru seharusnya sadar akan tanggung jawab untuk mendidik anak dan siswanya menjadi anak saleh yang berakhlakul karimah. Dalam sebuah hadis nabi Muhammad SAW menyebutkan “setiap kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawabannya”.  Seandainya hadis ini disadari sepenuhnya tentu setiap orang akan sangat hati-hati dan bertanggung jawab penuh atas amanat yang mereka terima, baik amanat sebagai orang tua maupun amanat sebagai guru.
Cara mendidik yang paling baik adalah dengan menjadi uswah hasanah bagi anak didiknya. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW mendidik umatnya dengan menjadikan dirinya sosok sempurna yang bisa dijadikan uswatun hasanah bagi semua mahluk. Seorang pendidik yang ingin berhasil dalam mendidik siswanya tentu berusaha mengerti, menghayati dan mencontoh budi pekerti Rasulullah SAW sehingga dia memantaskan dirinya untuk menjadi uswah hasanah yang nyata bagi anak didik yang mereka hadapi. Hal ini sesuai dengan filosopi jawa bahwa guru adalah orang yang bisa digugu dan dituru. Hal ini juga bearti bahwa pendidik adalah objek pendidikan itu sendiri. Perlu diingat juga pepatah yang mengatakan guru kencing berdiri murid kencing berlari.  Bagaimana mungkin mereka mengajarkan untuk disiplin kalau mereka sendiri tidak menjadi contoh perwujudan disiplin itu sendiri, bagaimana mungkin mereka mengajarkan kejujuran tanpa menjadikan diri mereka soerang yang jujur. Bagaimana mungkin anak didik diminta berkonsentrasi kalau mereka asyik bermain handpone saat mengajar. semua siswa akan tau dan lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, rasakan dan mereka alami dalam kehidupan nyata daripada mendengarkan seribu ceramah atau menbaca berlembar-lembar teori.
Guru yang bijaksana bukan hanya memberikan kisah teladan akan tetapi mejadikan dirinya sebagai sosok teladan (uswatun hasanah) yang nyata bagi siswanya, sehingga berhasil mewujudkan tujuan pendidikan yaitu mencetak generasi muda yang saleh, cerdas, berkarakter dan berakhlak mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatih...