Rabu, 22 Juni 2016

TEORI BELAJAR GESTALT



A.      Konsep Dasar Teori Belajar Gestalt
Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi ataupun totalitas. Tetapi karena kesimpangsiuran arti Gestalt dalam bahasa lain, maka disepakati dengan menamai “Gestalt” tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain. Teori ini berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan masalah.  Fokus teori Gestalt sendiri adalah ide tentang pengelompokan.[1]
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala).  Fenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat fenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu fenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.[2]
Menurut koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang tiap-tiap anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan bagian-bagiannya, sehingga merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti, dan tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer gestalt adalah bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Sebab gestalt tidak terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya di dalam gestalt, tidak mungkin bagian-bagian itu berdiri sendiri.[3]
Gestalt  adalah keseluruhan dalam satu kesatuan dan kebulatan atau totalitas yang mempunyai arti penuh dimana tiap-tiap bagian mendukung bagian-bagian yang lain, serta, mendapat arti dalam keseluruhan. Kofka  don Kohler berkesimpulan bahwa belajar bukanlah suatu perbuatan yang mekanistik. melainkan suatu perbuatan yang mengandung pengertian (insignt) dan maksud yang penuh. Belajar yang sebenarnya adalah “insightfull learning. Pemecahan masalah bukan melalui “trial and errnr “, melainkan dengan mcnggunakan akal dan pengertian inilah yang dinamakan perbuatan yang intelijen.[4]
B.       Karakteristik Belajar Menurut Teori Gestalt
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Pengamatan adalah pintu pengembangan kognitif.
Hukum-hukum Gestalt dalam pengamatan adalah:
1.      Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz). Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut.
2.      Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas (gestalt) . Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
3.      Hukum keterdekatan, mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan dalam waktu atau tempat cenderungmembentuk gestalt.
4.      Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5.      Hukum kontinuitas, yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
Karakteristik belajar menurut teori belajar gestalt adalah sebagai berikut:
1.      Mempunyai Hukum keterdekatan, hukum ketertutupan dan hukum kesamaan.
2.      Proses pembelajaran secara terus – menerus dapat memperkuat jejak ingatan peserta didik
Menurut Kurt Koffka:
a.       Jejak ingatan (memory traces),
Jejak-jejak ingatan adalah Suatu pengalaman yang membekas di otak yang diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali jika kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b.       Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c.        Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan
3.      Adanya pemahaman belajar Insight.
Menurut Wolfgang Kohler, Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam situasi permasalahan. Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Kemampuan Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesiesnya).
b.      Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
c.       Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
d.      Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
e.       Apabila insight telah di peroleh,maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain.
Jadi inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan “insight” artinya: dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan problem, bukan sekedar menghafal bahan yang dipelajari.[5]
C.      Prinsip Belajar Menurut Teori Gestalt
Teori Gestalt mempunyai prinsip-prinsip khusus yang berbeda dengan teori-teori psikologi lainnya. Dalam menjelaskan fenomena psikologis, psikologi gestalt menganut prinsip-psinsip seperti yang akan dijelaskan dibawah ini. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.[6]
Prinsip-prinsip pengorganisasian:
1.      Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
2.      Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
3.      Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
4.      Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
5.      Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
6.      Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
7.      Principle of Isomorphism: Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan struk tural antara daerah-daerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan  tingkah laku[7]
Prinsip-prinsip belajar menurut teori ini yaitu:[8]
1.      Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari keseluruhan organisasi mata pelajaran menuju tugas-tugas harian yang beruntun. Belajar dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti, deferensiasi pengetahuan dan kecakapan.
2.      Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan makna terhadap suatu bagian, misal : sebuah ban mobil hanya bemakna kalau menjadi bagian dari mobil, sebagai roda. Sebuah papan tulis hanya bermakna sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas, sebuah tiang kayu hanya bermakna sebagai tiang kalau menjadi satu dari rumah dan sebagainya.
3.      Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi bagian-bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau kesatuan yang lebih kecil contoh: mula-mula anak melihat mengenal wajah ibunya sebagai keseluruhan kesatuan. Lambat laun dia dapat memisahkan mana mata ibu, mana hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian ia melihat bahwa wajah ibunya itu cantik atau jelek, atau menarik dan sebagainya.
4.      Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis, seperti simpanse dapat melihat hubungan antara beberapa buah kotak menjadi sebuah tangan untuk mengambil buah pisang karena ia sedang lapar

D.      Aplikasi dalam  Pembelajaran
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:[9]
1.      Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada:[10]
a.       Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b.       Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c.       Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d.      Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e.       Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

2.      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3.      Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4.      Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5.      Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya



BAB III
PENUTUP
Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Sedangkan  data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini sependapat dengan filsafat fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu dengan lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Teori belajar psikologi gestalt mempelajari suatu fenomena secara totatalitas dan merumuskan beberapa hukum diantaranya adalah hukum keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kesamaan, dan hukum kontiunitas, yang kesemua hukum itu tunduk pada hukum Pragnaz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat diterapkan dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau fenomena secara keseluruhan.
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini mampu menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.



DAFTAR PUSTAKA
Boeree, George,   Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern,  Jogjakarta : Prismasophie, 2005
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008
Naisaban, Ladidlaus, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya, Jakarta: Grasindo 2004
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran : Beroreintasi Standar Proses Pendidikan,  Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006
Sujanto, Agus,  Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Suryabrata, Sumardi, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Syaodih, Nana, Landasan psikologi pendidiksan, Bandung : Remaja Rosdakatya, 2008
Tim Pengembang ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan: bagian 4 pendidikan lintas bidang, Bandung: PT.Imperial Bhakti Utama, 2007
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-belajar/
http://andikayudhitiya.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-kognitif-teori-gestalt.html
http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/pengertian-belajar-menurut-psikologi-gestalt/
http://danangep.blogspot.com/2012/11/juzzjuzz.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-psikologi-gestalt-344793.html
http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/04/teori-pembelajaran-menurut-aliran.html



[1] http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/04/teori-pembelajaran-menurut-aliran.html
[2] http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-psikologi-gestalt-344793.html
[3] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal 171

[4] Tim Pengembang ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan: bagian 4 pendidikan lintas bidang (Bandung: PT.Imperial Bhakti Utama, 2007) hal. 143
[5] Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya  (Jakarta: Grasindo 2004) , hal 397
[6] http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-psikologi-gestalt-344793.htm .
[7] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Beroreintasi Standar Proses Pendidikan,  (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 115
[8] http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/pengertian-belajar-menurut-psikologi-gestalt

[9] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-belajar.html
[10] http://danangep.blogspot.com/2012/11/juzzjuzz.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatih...