Jumat, 16 Februari 2024

Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak


Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. (https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)
Dalam program guru penggerak ini peserta calon guru penggerak (CGP) dididik untuk bisa memahami dan mengimplementasikan berbagai materi yang terdiri dari 3 paket modul yang terdiri dari 10 modul materi dengan menggunakan alur belajar MERDEKA yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, koneksi antar materi, dan aksi nyata.
Diantara materi yang harus bisa dikuasi oleh CGP antara lain; filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak, budaya positif, visi sekolah yang berpihak pada murid, pembelajaran berdiferensiasi, Pembelajaran emosi dan sosial, Coaching, Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam kesempatan ini, penulis menarik kesimpulan sederhana, berefleksi dan mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari sampai pada modul 3.1 tentang Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sebagai berikut:
A. Keterkaitan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin.
Salah satu filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah filosofi pratap triloka, yaitu   Ing Ngarso sung Tulodo (menjadi teladan/inspirasi), Ing Madyo Mangun Karso (menciptakan prakarsa dan ide), Tut Wuri Handayani (memberi dorongan/semangat). Guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah pamong yang menuntun murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan tertinggi.  Filosofi luhur tersebut tentunya akan menjadi dasar yang kuat bagi guru dalam mengambil keputusan yang bijaksana, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggung jawabkan.
Seorang pemimpin pembelajaran (pamong) tentunya menyadari bahwa keputusan yang diambilnya saat ini harus memberikan dampak dan keberpihakan pada murid baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, memanusiakan, menyelamatkan dan membahagiakan murid. Untuk kepentingan tersebut maka pengambilan keputusan perlu dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana, menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan harapan dapat memberi keputusan yang terbaik, efektif dan memerdekakan manusia.
B. Pengaruh nilai-nilai diri terhadap prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan.
Seorang guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran tentunya melekat pada dirinya nilai-nilai guru penggerak yaitu; berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif, dan inovatif. Selain itu seorang pemimpin pembelajaran tentunya juga menjunjung tinggi nilai-nilai universal dalam pribadinya sebagai manusia. Nilai-nilai diri yang dipegang teguh oleh seseorang akan menuntun mereka mengambil posisi dan membangun paradigma, membuat analisis, petimbangan, dan menentukan keputusan seperti apa yang akan dibuat.
C. Keterkaitan materi pengambilan keputusan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran.
Ketrampilan pengambilan keputusan merupakan sebuah ketrampilan yang perlu diasah dan terus dikembangkan. Kegiatan coaching merupakan salah satu upaya untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan. Kegiatan coaching turut membantu dan melatih seseorang untuk berfikiran terbuka, memunculkan berbagai ide kreatif, memunculkan paradigma-paradigma baru, serta meningkatkan kemampuan membangun relasi. Sehingga opsi trilema dalam mengambil keputusan akan lebih bervariasi, kaya akan peradigma, dan bahkan akan muncul hal-hal baru diluar dugaan.
D. Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika.
Kompetensi sosial emosional yang dimiliki seorang guru akan sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan pada permasalahan dilema etika memerlukan kejernihan analisis dan melibatkan berbagai pihak. Maka dalam hal ini bagi seorang pemimpin pembelajaran perlu memiliki kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, ketrampilan berrelasi, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Kompetensi sosial emosional tersebut sangat berperan sejak dimulainya proses penyelesaian permasalhan hingga membuat keputusan. Dengan ketrampilan sosial emosional maka  proses penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan akan lebih kondusif, efektif, berpihak pada murid, memperjuangkan nilai-nilai kebajikan uniresal dan dapat dipertanggung jawabkan.
E. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Seorang pendidik yang berpegang teguh pada nilai-nilai diri tertentu akan memiliki kecenderungan dan gaya pengambilan keputusan yang khas, nilai-nilai diritersebut akan turut membaha ke arah mana permasalahan dilema etika akan dibawa. Keputusan yang mengandung pertentangan antar paradigma dan antar nilai kebenaran akan lebih cenderung diputuskan berdasarkan nilai yang dianutnya. Dari hal ini pula maka dalam pengambilan keputusan perlu melibatkan banyak orang yang mana paradigma dan nilai yang dianut juga semakin beragam. Sehingga sangat memungkinkan akan muncul opsi trilema yang bervariasi dan mengambil salah satunya sebagai hasil keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama.
F. Dampak pengambilan keputusan yang tepat pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat akan memberikan dampak yang sangat baik terhadap terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, dan nyaman. Keputusan yang baik yang menghargai setiap perbedaan, bijaksana dalam menyikapi konflik kepentingan, akan diterima oleh semuan pihak dan lebih memungkinkan untuk dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawb. Dengan begitu keputusan yang diambil akan turut memberikan kontribusi terhdap terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
G. Tantangan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dan kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan sekitar.
Tantangan dalam pengambilan keputusan dengan kasus-kasus delima etika tentunya selalu ada, apalagi dihadapkan pada nilai yang sama-sama benar. Maka biasanya sebaik apapun keputusan yang diambil selalu ada celah dan kukarangannya jika dibenturkan dengan nilai dan paradigma pada poros yang bersebrangan. Dan ketika ada pihak yang tidak bisa menerima keputusan tersebut akan sangat rawan untuk dikritisi bahkan ditentang berdasrkan paradigma dan perspektif orang tersebut.
Permasalahan yang mengandung delima etika atau bahkan bujukan moral sebenarnya juga sangat rawan diintervernsi oleh pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan kepentingan. Apalagi secara struktural pihak tersebut merupakan atasan kita.
H. Pengaruh pengambilan keputusan dengan pengajaran yang memerdekakan murid.
Sebagai pemimpin pembelajaran sudah semestinya orientasi pengambilan keputusannya adalah keberpihakan pada murid, berpijak pada nilai-nilai universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Terlebih lagi pengambilan keputusan yang baik dan bijaksana akan turut menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan demikian maka pengambilan keputusan yang tepat akan turut mewujudkan pengajaran yang memerdekaan murid.
I. Peran seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dalam mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid.
Seorang pemimpin pembelajaran yang diibaratkan petani oleh Ki Hajar Dewantara tentunya sangat memiliki peran penting untuk keberlangsungan proses pembelajaran murid yang berdampak pula pada keberlangsungan hidup murid saat ini hingga di masa yang akan datang. Keputusan petani untuk memberikan perlakuan dan intervensi terhadap tanaman yang dirawatnya akan mempengaruhi bagaimana tanaman tersebut itu tumbuh dan berbuah pada masa depannya kelak. Sebagai pemimpin pembelajaran yang selalu dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan kondisi yang harus diambil keputusan, baik yang terkait secara langsung atau tidak langsung terhadap murid. keputusan yang diambil tersebut sedikit banyak pasti memberikan pengaruh dan dampak pada kehidupan dan masa depan murid.
J. Kesimpulan pembelajaran modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya.
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran pada seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada murid serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu cara kita (coach) untuk membantu choachee dalam mencari solusi/ mengembangkan bakat yang terpendam sehingga akan muncul sebuah keputusan yang bertanggung jawab dari choachee. Dan dengan belajar mengambil keputusan menggunakan tiga prinsip yang di ajarkan pemikiran kita lebih terbuka agar bisa mengambil keputusan yang berpihak pada murid, bertanggung jawab, dan sarat dengan nilai-nilai kebajikan universal sehingga sekolahan sebagai lembaga pendidikan dan lembaga moral menjadi lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman yang mengantarkan murid untuk menjadi manusia merdeka yang mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
K. Konsep dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dalam pengambilan keputusan perlu dilakukan pengujian dengan 9 langkah pengujian keputusan. Sebelumnya seringkali kita hanya memikirkan pada solusi/keputusan apa yang sebaiknya diambil, apa manfaat dan konsekuensinya. Padahal ketika bisa dilakukan 9 langkah pengujian maka keputusan yang kita ambil lebih bisa dipertanggung jawabkan.
L. Pengalaman pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelumnya dalam pengambilan keputusan sering kali yang menjadi pertimbangan adalah kebermanfaatan, keterlaksanaan, dan resiko. Dalam modul ini kita diingatkan kembali bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan hendaknya mengutamakan keberpihakan pada murid, berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambil.
M. Dampak mempelajari konsep  Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelum mempelajarai modul ini dalam mengambil keputusan mempertimbangkan masukan/pendapat orang laian untuk memperkaya perpektif dan paradigma yang berkembang di sekitar saya. setelah mempelajarai modul ini saya perlu menambahkan 9 langkah pengujian keputusan agar keputusan yang diambil adalah benar-benar keputusan yang terbaik bagi semua pihak, memerdekakan murid, berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal dan keputusan yang bertanggung jawab.
N. Pentingnya mempelajari topik pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin.
Setiap orang pasti akan menghadapi sebuah permasalahan yang herus diambil sebuah keputusan.  Apa lagi bagi guru sebagi pemimpin pembelajaran, keputusan-keputusan yang diambil akan berdampak besar bagi keberlangsungan hidup murid dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Dan pada saatnya nanti murid-murid kita akan memiliki peran dan tanggung jawab di masyarakat, bangsa dan negara. Maka mempelajari topik pengambilan keputusan ini sangat penting bagi guru agar memiliki kecakapan dan ketrampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Keputusan-keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik yang mendukung perkembangan dan kemerdekaan siswa untuk bisa menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang selamat dan mencapai kebahagiaan tertingginya.

Minggu, 30 Mei 2021

MENJADI MULIA DENGAN BERINISIATIF MEMULAI KEBAIKAN

Mungkin kita pernah mendengar kalimat “Ah dia saja tidak berbuat baik padaku, mengapa aku harus berbuat baik padanya?” atau “Dia aja pelit, mengapa aku harus dermawan padanya?” atau “jika lu baek pada gue, gue bakal lebih baek pada lu” atau kalimat-kalimat lain yang senada.

Sekilas, kalimat tersebut terkesan biasa saja dan cenderung dibenarkan. tetapi jika kita cermati lebih dalam, kalimat-kaliamat seperti itu akan menuntun kita menajuh dari kebijaksanaan dan kemuliaan.

Mengapa kita menunggu orang lain memulai melakukan kebaikan?
padahal kita juga orang lain bagi selain kita.
Mengapa kita menunggu orang lain berbuat baik terlebih dulu? baru kita membalas kebaikannya. padahal prinsip itu hanya akan menjadikan kita merasa hutang budi dan kebaikan kita hanya bersifat transaksional saja, lalu apa yang kita kerjakan tidak berdasarkan keikhlasan sehingga terasa sulit dan tidak menentramkan.
Mengapa kita tidak memilih untuk memulai berbuat baik duluan? padahal itu yang lebih menentramkan dan membahagiakan.

ORANG YANG TAU DAN MAU BERBALAS BUDI ADALAH ORANG BAIK,
TETAPI ORANG YANG MEMULAI BERBUAT BAIK ADALAH ORANG MULIA.

Percayalah, tidak ada kebaikan sekecil apapun yang sia-sia di hadapan Tuhan.
Percayalah, balasan dan pahala dari Tuhan jauh lebih indah dari pada berharap balasan pada selain-Nya.
Tebarkanlah benih-benih kasih sayang dan jangan ragu untuk selalu menebarkan kebaikan.

Untuk mewujudkan sebuah perubahan, kebaikan universal, perbaikan tatanan kemasyarakatan, dan kondusifitas iklim sosial, ada kalimat sederhana dalam sebuah hadis yang saya yakini cukup efektif, yaitu “Ibda’ binafsik tsumma man ta’uluu” mulailah dari diri sendiri, kemudian orang disekitarmu.
Jangan menuntut orang lain atau masyarakat berubah terlebih dulu, mari kita mulai dari diri kita masing-masing. kita tidak memiliki otoritas untuk mengendalikan orang lain, tetapi kita punya otoritas penuh terhadap diri kita, maka hal yang paling mungkin adalah kita memulai dengan membuat perubahan pada diri kita masing-masing.

Mari bersemangat memulai membuat perubahan dan jangan ragu untuk berinisiatif memulai kebaikan.


Sabtu, 19 Desember 2020

KEBAIKAN KECILMU, BERDAMPAK BESAR UNTUK HIDUPMU

 Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh ,

Semangat pagi untuk kita semua.

Sahabatku yang visioner dengan gagasan dan cita-cita yang besar,

Sudah berbuat apa hari ini untuk perubahan besarmu? Atau malah sedang bingung mau memulai dari mana?

Sahabatku yang terkasih, tidak peduli seberapapun besarnya cita-citamu, kamu bisa memulai dari kebaikan-kebaikan kecil untuk menuju cita-cita besarmu.

Ingatlah! Hal yang besar adalah akumulasi dari hal-hal kecil, Sesuatu yang besar tersusun dari partikel-paertikel yang lebih kecil. Garis yang besar dan panjang juga dimulai dari titik yang kecil.

Jangan bengong dan mulailah bertindak! Meski hanya dimulai dengan kebaikan-kebaikan kecil. Karena hal itu jika terus dilaksanakan dengan istikomah (kontinyu) juga akan menjadi hal besar dengan dampak yang besar pula.

Mari kita renungkan firman Allah Swt dalam QS. Az-Zalzalah ayat 7 berikut:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7)

Sekarang makin yakin kan? Kkalau sekecil apapun kebaikanmu tidak akan ada yang sia-sia,

Dan balasan dari kebaikan tidak lain juga kebaikan pula, lihat QS. Ar-Rahman: 60

هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُۚ

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman: 60)

Eits.. tunggu dulu, tapi jangan berharap balasan kebaikan dari orang yang kamu telah berbuat baik padanya, itu namanya tidak ikhlas, lagian hal demikian membuatmu berpotensi besar untuk kecewa.

Hal apapun dan kepada siapapun kebaikanmu, berharaplah balasan hanya dari Allah Swt semata. Karena Allah-lah yang akan melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang berbuat baik.

 وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-A'raf: 56)

Sekarang sudah makin jelas dan yakin kan?

Cita-cita besarmu akan tercapai dengan segera memulai perbuatan-perbuatan baik papun yang bisa kamu lakukan.

Kebaikan-kebaikanmu menjadi potensi besar untuk mendatangkan rahmat Allah Swt untukmu. Cita-cita besarmu bisa terwujud dengan rahmat dan ridho-Nya sehingga hidupmu sukses dalam keberkahan.

Dan yakinlah apapun kebaikanmu, semua berpotensi untuk membuka jalan kesuksesanmu.

Semangat untuk hidup yang lebih baik, maksimalkan potensi dan kemampuan kita untuk berbuat baik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh.

Baca juga APAPUN YANG DIHADAPI, BERPELUANG JADI PINTU SUKSES

(Foto : Dokumentasi penyerahan bantuan perlengkapan sekolah dari LAZISMU untuk siswa SDN Blotongan 02)


Selasa, 30 Juni 2020

SUPERIORITAS DALAM KOMUNITAS

Setiap orang pasti berhubungan dengan orang lain dan memiliki komunitas, apapun itu. mulai yang cukup kecil, semisal komunitas dalam keluarga, hingga komunitas-komunitas yang lebih luas. Baik berdasarkan pekerjaan, bisnis, hobi, tempat tinggal maupun komunitas-komunitas lainnya.

Mayoritas diantara kita tentu merasa bangga jika mampu mendominasi, dan menjadi yang terkuat. Namun menurut saya bukan itu yang dibutuhkan untuk mensukseskan visi dan misi sebuah komunitas. Bahkan sebuah superioritas tidak jarang justru menimbulkan kekacauan, ketimpangan, malfungsi dan kehancuran.

Dalam hal ini saya membuat analogi sederhana. kita sudah biasa menganalogikan kekuatan persatuan dan kekompakan sebagai satu ikat sapu lidi, iya kan? disini saya akan menambahkan sedikit, mengenai analogi superioritas dalam komunitas. Misalkan sebuah komunitas itu adalah sapu lidi, maka sesosok yang merasa superior itu saya ibaratkan besi. coba bayangkan!, dari kumpulan lidi-lidi yang cukup lentur, kecil, dan mudah patah dalam sebuah ikatan yang berbentuk sapu lidi, didalamnya juga ada sebuah besi masuk dalam ikatan sapu lidi. apa yang terjadi? sudah dibayangkan kan?. Iya, yang terjadi adalah sapu lidi tidak bekerja secara maksimal, bahkan besi yang paling kuat justru mengganggu  jalan kerjanya lidi-lidi yang lain dalam satu ikat sapu tersebut. bahkan ketika lidi-lidi tersebut sudah mulai patah dan memendek sebenarnya sapu masih bisa berfungsi dengan baik, tapi jika ada satu besi saja yang tidak ikut patah dan tetap panjang dan kuat seperti sedia kala yang terjadi adalah sapu tersebut sudah tidak  bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Begitulah gambaran sederhananya, maka superioritas individu sebenarnya tidak peting dalam perjalanan sebuah komunitas. Yang terpenting adalah senasib sepenanggungan, saling percaya, kompak dan bersatu. Mari leburkan egoisme pribadi dan khusnudzon (berbaik sangkan; percaya) dengan rekan-rekan kita.

Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam bisshowab.


Senin, 22 Juni 2020

Kemerdekaan Diri Menurut Alam Pikirku Yang Sesat

Dokumen gambar milik Knip Semarang.com diambil via kompasiana.com
Dokumen gambar milik Knip Semarang.com diambil via kompasiana.com


Oleh: Nurul Fahmi

Dulu, aku pernah  terjerumus dalam alam pikir yang sesat. Aku pernah berpikir bahwa hidup akan jadi lebih enteng, enjoy, dan slow ketika aku bisa memerdekakan diri dari (merasa) disuruh-suruh oleh banyak orang. Akhirnya benar, banyak sekali orang-orang yang minta tolong/bantuan saya kecewakan dan mulai ada jarak yang memisahkan  hubungan sosial-emosional anatra kita. Ya, tentu aku merasa merdeka. Itulah alam pikir sesat yang saya banggakan.

Alasannya sih logis, atau sebenarnya saya logis-logiskan demi membenarkan kemauanku. Kurang lebih beginlah argumenku: Aku kan udah capek dengan pekerjaan dan tanggung jawabku sendiri. Enak aja, itukan urusan dan tanggung jawabmu. Ah, kamu sih mau enaknya aja, aku yang menanam kamu yang panen. Masa gitu aja kamu ga bisa sih, belajar dong! jangan malas, jangan ngandalin orang terus. Ya, dan seterusnya masih banyak lagi kalimat-kalimat yang senada.

Benar saja, aku semakin (merasa) merdeka dalam kesunyian diri, enjoy dengan diri sendiri dan melupakan hiruk-pikuk, lalu-lalang, dan padatnya relasi sosial-emosional yang (menurutku) menyita perhatian dan menguras energi. Aku terjebak dalam sikap apatis, empatiku mulai terkikis, dan kepedulianku seperti habis. Anehnya, aku berpura-pura menikmati hal ini. Inilah kesesatan sikap yang pernah aku perjuangkan dan itu adalah edisi lanjutan dari sesatnya pikiranku.

Ah, sudah sekian kali malam dilalui sang fajar dan siang dimakan sang senja. Kemerdekaan yang aku banggakan tersa rapuh dan kering. Jiwaku mulai gersang, dan hatiku merana kesakitan. Aku mulai merasa ada yang salah dan tidak beres dengan diriku sendiri. Ya, ini membuatku hanyut dalam renungan, menikmati pikiran, jiwa dan hati yang saling berkecamuk, upyek dalam perdebatan, saling mengoreksi dan menyalahkan sebelum akhirnya menemukan sebuah jawaban untuk sebuah perubahan.

Kini, cara berpikirku berubah seiring menumpuknya serpihan-serpihan pengalaman dalam dinamika hidup yang tak pernah terhenti. Aku menyadari bahwa aku telah berusaha mengkerdilkan fitrahku sebagai manusia. Fitrah bahwa kecenderungan hati manusia adalah berbuat baik, bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang kecenderungannya adalah saling mengenal, menyayangi, kerjasama, dan tolong menolong. Bahwa setiap mahluk tercipta unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Aku menyadari hal mendasar yang sempat aku lupakan, bahwa untuk hidup nyaman, tentram dan bahagia sebenarnya cukup dengan mengikuti fitrah manusia itu sendiri. Menerima kenyataan (bersyukur) bahwa kita adalah manusia yang hidup berdampingan dengan manusia lainnya bersama segenap hal yang melekat pada kemanusiaan itu sendiri.

Ternyata aku melupakan asas-asas dasar, bahwa tidak ada balasan bagi sebuah kebaikan kecuali kebaikan. Bahwa dengan saling berbuat baik akan memperluas dan memperkuat medan magnet kebaikan yang akan menarik lebih banyak kebaikan-kebaikan. Bahwa kebaikan yang kita lakukan adalah investasi untuk kebaikan kita dimasa mendatang. Bahwa curahan kasih sayang (rahmat) Allah Swt. berbanding lurus dengan curahan kasih sayang kita kepada mahluk-Nya.

Ah, semoga apa yang aku sadari adalah Hidayah yang dikirimkan Tuhan dan cara berpikirku tidak bertentangan dengan kebenaran yang dikehendaki Tuhan.

Semoga Allah Swt, Rabb Yang Maha Pengampun, mengampuni dosa dan kesalahnku, orang tuaku, keluargaku, guru-guruku, orang yang baik maupun yang jahat kepadaku, dan segenap saudara-saudara mukmin semuanya.

Semoga Allah Swt, Rabb Yang Maha Pengasih dan Penyayang, ridho terhadap kita, serta senantiasa mencurahkan kasih sayangnya kepada kita semua. aamiin.

Wallahu a’lam bisshowab.


Rabu, 03 Juni 2020

PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT) MAPEL PAI-BP TAHUN PELAJARAN 2019/2020

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH

BERIKUT INI ADALAH SOAL PAT MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
SD NEGERI BLOTONGAN 02
TAHUN PELAJARAN 2019/2010.

Silahkan pilih sesuai kelas masing-masing

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jumat, 08 Mei 2020

Kelas 1 : Pembelajaran PAI di rumah ke-9

Pembelajaran untuk kelas 1 SDN Blotongan 02 pada hari Jum'at, tanggal 14 April 2020

Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh,
Bagaimana kabar kalian hari ini? baik kan? semoga sehat selalu ya..
Pembelajaran kemarin kita telah belajar tentang "Perbuatan Terpuji : Hormat dan Patuh"
Saat ini kita akan mempelajari 
"Perbuatan Terpuji : Bersyukur dan Pemaaf"
langkah pembelajarannnya adalah sebagai berikut 
(pastikan melaksanakan semua langkah pembelajarannya ya), 
mohon orang tua bisa memantau dan mendampingi proses pembelajaran ini:
  1. Mulailah dengan membaca do'a terlebih dulu
  2. Simak materi dan video di bawah:
  3. Bacalah "Ayo Belajar 3" LKS halaman 50
  4. Kerjakan tugas dibawah

  • Bersyukur
Bersyukur kepada Allah Swt.
mengucapkan alhamdulillãh
dan beramal baik
setiap saat.
itulah perilaku terpuji.
  • Pemaaf
Nabi Muhammad saw. teladan kita.
Ia pemaaf kepada semua umat manusia.
Pemaaf adalah perilaku terpuji.
Bila orang lain berbuat salah, kita harus memaafkan.
  • Video tentang Bersyukur dan Pemaaf



  • Tugas
Praktik cara bersyukur, 
Videokan praktik bersykurmu, dan kirimkan videonya ke Grup Pembelajaran PAI
-video boleh dilakukan kapan saja, mensyukuri apa saja
-Pengiriman video secara serentak pada hari kamis, 14 Mei 2020

Selamat belajar, Semoga menyenangkan
Setelah selesai melaksanakan pembelajaran, ucapkan "Alhamdulillah"

Kamis, 26 Maret 2020

Kelas 6 : Pembelajaran Di Rumah ke 3

Pembelajaran untuk kelas 6 SDN Blotongan 02 pada hari Kamis, tanggal 26 Maret 2020

Assalamu'alaikum warohmatullohi wa barokatuh,
Bagaimana kabar kalian hari ini? baik kan? semoga sehat selalu ya..
Sebelumnya kita telah bersama-sama mempelajari kisah Nabi Zakaria AS.,
Pada kesempatan kali ini kita akan belajar "Kisah Nabi Yahya As dan Nabi Isa As."
langkah pembelajarannnya adalah sebagai berikut, mohon orang tua bisa memantau dan mendampingi proses pembelajaran ini:
  1. Mari kita mulai dengan berdo'a kepada Allah SWT agar di beri kesehatan, ilmu yang bermanfaat, dan pemahaman.
  2. Simaklah Video kisah Nabi Isa As Berikut:
3. Bacalah dengan seksama "Ayo Belajar 3 LKS halaman 52"
4. Kerjakanlah "Ayo Berlatih 2, LKS halaman 54" pada Lembar Jawab Online berikut, KLIK DI SINI 

😊Jika Sudah Selesai jangan lupa Baca "Alhamdulillahi robbil 'alamin"
Terimakasih sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik,
Semoga kita semua selalu diberi petunjuk dan diridhoi Allah Swt. Amin.

Baca juga artikel lain dalam blog ini


Pembelajaran dalam perjalanan pendidikan guru penggerak

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatih...